Mohon tunggu...
Wiwin Damayanti
Wiwin Damayanti Mohon Tunggu... Guru - SMP Muslimin Cililin

اَللّـٰــهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ مُحَمَّدٍ

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sejumput Penasaran

27 Januari 2023   14:14 Diperbarui: 27 Januari 2023   14:23 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic: Wiwin Damayanti

Selepas Isya kurebahkan tubuhku yang sedikit kepayahan, tadi pulang menjelang maghrib. Akhir bulan ini sekolah tempatku mengajar akan akreditasi. Aku dan rekan-rekan kerja yang memegang delapan standar  harus  mempersiapkan banyak hal, kalau kata anak-anak dulu SKS kepanjangan dari 'Sistem Kebut Semalam'. He... Betapa tidak, sekolahku bukanlah sekmod SPMI yang tak akan kerepotan ketika menjelang akreditasi karena semua dokumen sudah menjadi santapan keseharian.

Kuputuskan tidur lebih awal untuk mengumpulkan serpihan-serpihan semangat yang tercecer seharian tadi, untuk aku kemas besok pagi.

Mataku tak dapat terpejam dalam terang, baru saja hendak mematikan lampu, celuler berdering tanda telpon masuk. Akhirnya kutarik kembali tangan kananku yang hampir menyentuh stop  kontak lampu di sebelah ranjang. Segera kuambil celuler yang tadi kutaruh di atas buku novel  terbaru karya penulis idolaku  'Tere Liye' yang baru dua hari aku baca, ingin rasanya segera melahap habis semua halaman, namun karena persiapan akreditasi terpaksa dibaca sebentar-sebentar saja.

"Assalaamu'alaikum, Teteh.?" 

Rupanya telpon dari A Hadi, calon imamku.

"Wa'alaikumsalaam Aa."

Begitulah kami saling memanggil , Teteh-Aa, bukan ingin meniru AA Gym dan Teh Ninih, sungguh jauh sekali untuk menjadi seperti mereka yang maasyaaAllah luar biasa, tapi memang karena kebetulan aku dan A Hadi sama-sama kelahiran Bandung.

"Lagi apa? Sudah witir? Sudah baca buku? apakah malam ini membuat puisi?"

Tanya A hadi memberodong. A Hadi sudah tahu beberapa kebiasaan dan hobiku. Salah satunya kebiasaanku sebelum mata terpejam berlayar di alam mimpi: membaca buku dan membuat puisi, ya puisi yang biasanya tertulis begitu saja setelah membaca sebuah buku atau mengalami sesuatu hal.

"Lagi mau tidur A, belum witir he..., insyaaAllah nanti setelah shalat malam witirnya, ini lelah banget.  Baca buku sudah tadi sebentar sambil nunggu Isya. Malam ini sama dengan malam-malam sebelumnya tidak ada puisi, puisinya tertelan RPP hehe"

 Jawabku panjang lebar tanpa membiarkan A hadi menyahut. Tapi tak salah, kan sesuai dengan pertanyaan. Kutebak pasti dia terkekeh mendengar akhir kalimatku.

"hehehehe...."

Benar saja terdengar A hadi tertawa kecil.

"Pasti masih karena persiapan akreditasi ya Teteh kelelahan?"

"Iya A."

Jawabku  pendek

"Teteh Sabar ya, jangan ngeluh. Niatkan semuanya karena Allah, insyaaAllah lelahnya jadi libadah. Semangat!"

Seperti biasa A Hadi selalu mengingatkanku pada Allah, pada kebaikan, selalu menyemangati.

"Astaghfirullaahal'adhiima wa-atuubu ilaihi,"

Ucapku lirih dalam hati memohon ampun pada-Nya atas keluhanku. Tanpa disadari aku sudah mengeluh dengan mengatakan 'aku lelah' dan ketika mengeluh sama halnya aku tidak ikhlas.

"Astaghfirullaahal'adhiima wa-atuubu ilaihi"

Lamat-lamat kulangi dengan lisan, hingga terdengar oleh A Hadi.

"Alhamdulillah..., semoga kita selalu dalam ampunan-Nya. Aa hanya ingin bilang, besok di waktu luang, buku yang tadi segera dibaca ya. Agar Aa dapat segera menyampaikan apa yang harus Aa sampaikan, karena kini sudah saatnya. Ya sudah, Teteh sekarang istirahat biar tidak telat nanti sepertiga malamnya."

"Aamiin... Bukunya sudah disimpan di rak buku, tadinya mau dibaca seusai menamatkan buku novel baru Tere Liye. Muhun insyaaAllah besok dibaca. Emmm maaf menyampaikan apa Aa?"

Tanyaku penasaran.

"Dibaca dulu saja bukunya besok, sekarang Teteh istirahat ya, assalaamu'alaikum"

"wa'alaikumssalaam."

Kami mengakhiri percakapan. Kutaruh kembali celuler di atas buku dan kutaruh sejumput penasaran dalam benakku, apakah yang ingin A hadi sampaikan. Tadi siang saat menemuiku di sekolah untuk meminjamkan buku "Kupinang Engkau untuk suamiku" karya Rini Yulianti tersebut, A Hadi tidak mengatakan apa-apa.

Wiwin Damayanti

Cililin, 10 Februari 2018 (22:10)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun