Kami tahu, kau adalah maha pemberi dari apa yang kami pinta. Kami juga tahu kalau engkau adalah maha penyayang, maka oleh karena rasa sayangmu, engkau sering mengingatkan kami melalui ayat ayatmu. Dan kami juga mengetahui bahwa sesungguhnya engkau adalah maha pengasih, yang setiap saat mendoakan kami, demi keselamatan kami didunia dan akhirat. Menjahukan kami dari segala bala dan bencana. Tapi terkadang, karena keegoisan yang ada pada diri kami, kami ingin memang sendiri, sehingga kami menjadi lupa terhadap semua itu.
Perjalanan hidup yang kami lalui, penuh dengan liku liku serta ranjau dari jaring jaring yang melingkupi dosa dan pahala, layaknya seperti benang kusut, diurai yang satu berbelit yang lain, dapat kami lalui dengan selamat. Walau pun kami tak tahu ditapal batas mana kami harus berhenti. Kami yakin semua itu terjadi berkat doa yang kau limpahkan kepada kami.
Begitupun kami tetap tak sadar. Wajah kami tetap juga berbalut topeng. Walaupun kami telah membaca ayat ayatmu, namun ayat ayatmu semakin mambaca kami, sehingga membuat kami merasa begitu kerdil dihadapanmu.
Â
Bagan Siapi Api, 3 Maret 2016
Sumber fhoto D'Jurnal.com
Terinspirasi dari puisi Amir Hamjah * Doa *
Â
Doa
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, Kekasihku
 Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik
 setelah menghalaukan panas payah terik
 Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa
 menanyang pikir, membawa angan ke bawah kursimu
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya (memasang lilinnya)
 kalbuku (kalbuku) terbuka menunggu kasihmu
 bagai sedap malam menyirak kelopak
 Aduh (aduh) kekasihku (kekasihku isi hatiku)isi hatiku,
 dengan katamu penuhi dadaku dengan cahayamu
 Biar bersinar mataku sendu (mataku sendu)
 biar berbinar gelakku rayu