Mohon tunggu...
Wira Pandawa
Wira Pandawa Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis mengungkap sisi lain mikrokosmos

Hobi itu pekerjaan yang dibayar Menulis Energi yang terpancar gratis dari alam sekitar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ibu, Jangan Paksa Aku Potong Rambut Siberakun

1 Agustus 2020   13:25 Diperbarui: 1 Agustus 2020   13:13 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku berambut ikal ,lebih keriting

kurawat rawat dengan sengaja

terinspirasi sedikit pengetahuan nakal dan liar

mereka berambut panjang merdeka,apa adanya

10 tahun di kota ini ,7 tahun di kampus 

mereka yang berambut panjang begitu tulus

tulus beberapa menghisap sabu di kampus,dibelakang lebih tetaptnya

ada yang jadi teroris

tulus juga dalam minum minuman keras

beberapa endingnya bahagia

menghisap rokok di puncak gunung

menemukan kedamaian menyatu bersama alam

bicara apa adanya,berkata kata sampah ,carut ,marah sembarangan

urak urakan ,jauh dari kemunafikan

tapi beberapa ada yang jadi bangsat lalu menjilat penguasazalim bersembunyi di balik jubah ,merendahkan mahasiswi yang berdada montonok ,otak cabulnya keluar,si rambut gondrong ikut ikutan ,membela penguasa kampus kala itu ,sebagian itu sebagian

kini waktu berpendar,ku ingin bermbut gondrong,di Siberakun yang melawan perusahaan yang menggali parit gajah,yang melaporkan pembakaran alat berat,5 orang ditangkap dan ditahan

imajinasi liar ku naik ,benar benar pitam,maka disuatu tengah malam yang liar,kuangkat mereka berlima jadi pahlawan ulayat ,pejuang ulayat apakah ini dari rambut gondrong,rambut keriting,lalu Riau 24 Chanel mewawancariku ,yang apa adanya,tanpa pamrih ,sedikit genit ingin tampil di media,ada gugup gugupnya,kebodohan dari keliaran menyala nyala,seperti kerasukan setan leluhur tanah tua

rambut gondrong terpanggil spiritualnya,menunjukkan kesaktiannya,masgul sekali ,hidup menentang steriotipe era orba dan keumuman milenial  masa kini

setiba di rumah ,ayah ibu yang ketakutan kadang kadang,akibat ancaman bunuh yang tak terbilang

sayang ini kuansing bukan jogja,jakarta

dimana aktivis manja bisa akses jaring sana dan sini

ketika diangkut diangkat aparat,langsung dilirik media nasional kemudian viral

disini nyawa kudengar dan kusaksi 

seharga 50 an juta ,cukup yang terduka membunuh solat rajin rajin di masjid setempat lokasi mati

rajin rajin kunjung kunjung rumah penguasa negeri 

nyawa akan selesai ditebus

menyisakan yatim kelas 3 sd mata berair tanpa protes kenapa papanya mati

ini siberakun dan aku tengah berambut gonrong

keriting benar benar keriting

ibu ayah melihat chanel yutub

selepas itu mereka kembali keras,memaksa saat sebelum idul adha 

"potong rambuik ang ,awak nio tampil tampil meyakinkan urang ",katanya

sebagai anak baik ,kuterima setengah nya

sesampainya di rumah potong (rambut) ku negosiasi 

potonglah bagian tepi tepi atas telinga,aku pun sulit mengaturnya

akhirnya kegondrongan ini berakhir ,separuh jadi 

bagiku ,disini amatlah diuji

sebagian kebernian harus sembunyi 

ketidak taatan melawan sistem dan pengondisian

harus mengalah di depan dua gaek gaek yang kusayangi

ku akomodir separuhnya

rambut lucu muncul gonrong ditengah

siberakun masih menanti

kedepan kalau ancaman main tinggi

konon berkonon duta palma ini

ada jendral yang miliki

makanya himbauan lembagaadat ,gubernur apalagi bupati dikondisi pilkada ini 

hanya imbauan yang bisa didiamkan 

kalau tidak dijadikan lelucon

oh siberakun

oh rambutku rambutku

oh duta palma hentikan lahtutup paritmu

ku chat satu persatu pejabat kukenali 

akun akun BPN di instagram

media media nasional seperti kompas,republika,tempo,cnn indonesia

sama sekali tanpa jawab 

akhirnya aku diam

ku gosok gosok rambut ikat tengah ini

nah dapat ide

klimaks harus dibuat

tanah jantan sudah memanggil 

dapat info dari senior yang rambut gondrong

kalau tanah jantan sudah memanggil 

perjuangan harus ada yang mati 

harus ada darah pengganti 

oh 

begitu

sadis sekali

nah  nah 

sebentar lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun