Mohon tunggu...
Win Ruhdi Bathin
Win Ruhdi Bathin Mohon Tunggu... Petani kopi

saya seorang penulis, belajar menulis.....suka memoto, bukan fotografer...tinggal di pedalaman Aceh sana. orang gunung (Gayo). Kini coba "bergelut" dengan kopi arabika gayo olahan

Selanjutnya

Tutup

Money

Berburu Kupi Luwak di Gayo

21 Mei 2012   11:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:01 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu, 20 Mai 2012, aku memutuskan mengisi hari libur untuk berburu kopi luwak gayo. Apalagi, kebanyakan lahan petani kopi berada tidak jauh dari kawasan hutan lindung, hutan konservasi atau kawasan Ekositim Leuser. [caption id="attachment_182783" align="alignright" width="300" caption="Kopi luwak liar yang banyak ditemukan disekitar kebun petani"][/caption] Perkebunan kopi rakyat gayo berada di gunung dan bukit. Sehingga tidak sulit mencari feces dari binatang luwak yang oleh masyarakat gayo disebut "Kupi Musang". Awalnya, musang adalah musuh petani kopi yang rumah mereka biasanya ditengah perkebunan kopi. Musang, acapkali mencuri ayam-ayam petani pada malam hari. Namun belakangan, sejak kopi musang dibeli dengan harga mahal, musang dianggap pembawa berkah meski masih saja suka mencuri ayam. Sebelum kopi musang berharga, feces dari musang ini oleh petani gayo digolongkan sebagai "Kupi Lelesen". Kupi lelesen adalah kopi yang sudah jatuh ketanah dan dianggap kopi kelas dua dan harganya lebih murah dari kopi yang dipetik dari batangnya. Tak ada persiapan khusus untuk berburu kopi luwak. Kecuali fisik yang prima. Saat memasuki sebuah kebun di pinggiran Kota Takengon, dalam Kecamatan Kebayakan, seorang petani , Aman Tauhid (35) berujar kepadaku bahwa saat ini jumlah kopi luwak sudah jarang ditemukan diseputaran kebun. Hal ini disebabkan produksi kopi rakyat gayo sudah memasuki akhir musim panen. Pada akhir musim panen, biasanya hanya sedikit kopi luwak yang didapat. Pengalamanku mencari kopi luwak sebelumnya, kebanyakan kopi dari tai musang ini ditemukan di tempat yang sama.Artinya, luwak akan berak ditempat yang sama. Tinggal mencari dimana luwak membuat wc dalam satu kebun Tempat luwak membuang "hajatnya" dalam satu kawasan, tidak sama. Ada yang ditemukan diatas tanah, diatas pohon kayu yang sudah membusuk atau diatas batu atau dibawah pohon. Temuan pertama kopi musang ini kudapat dibawah pohon jambu. [caption id="attachment_182784" align="alignleft" width="300" caption="Kopi luwak yang menjadi bibit kopi apabila tidak diambil"]

13375993871271834930
13375993871271834930
[/caption] Melihat kondisi tai musang ini, aku memperkirakan umurnya sudah lebih dari tiga minggu lalu. Kopi musang tidak lagi utuh dan sudah kering. Biasanya, tai luwak yang baru dikeluarkan, masih menggumpal dan basah. Dalam feces luwak, bukan saja biji kopi yang ditemukan. Tapi disana ada biji jambu, buah aren, pisang,ungke dan berbagai jenis buah lainnya. Aku bergerak dipinggiran hutan yang berbatasan dengan kebun petani. Tumpukan luwak lainnya ditemukan diatas batu besar. Ada beberapa tumpuk disana. Umurnya juga sudah lebih dari satu bulan. Menurut beberapa petani, harga kopi musang tidak pernah sama dan tidak juga stabil. Tapi pada umumnya, perbambu (1 bambu = 1.2 kg) dibeli dengan harga dibawah Rp. 50 ribu. Di tingkat Desa atau Kampung, umumnya ada satu orang warga yang mengumpulkan kopi musang ini untuk dijual kepada agen luwak yang datang setiap pekan. Di tingkat agen, biji (green bean) luwak dijual sangat variatif. Antara Rp.300-Rp.500 ribu/kilogramnya. Sementara untuk roasted bean luwak arabika gayo dijual antara Rp. 500 ribu hingga Rp.1.5 juta. "Harga luwak tidak pernah sama. tergantung siapa pembelinya dan berapa nego harganya", kata Aman Shafa, seorang petani kopi. Sementara itu, harga bubuk kopi luwak di tingkat lokal yang sudah memakai kemasan alumunium foil disertai label perusahaan atau Usaha dagang dibandrol antara Rp.1.5 juta hingga Rp.1.7 juta/kilogramnya. Bisnis di bidang kopi luwak, biasanya dilakukan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini disebabkan banyak pembeli luwak yang meminta jaminan keaslian bahwa kopi yang dijual asli luwak dan tidak dicampur. Akibat rendahnya kepercayaan pembeli kopi luwak, banyak pembeli yang membeli luwak berupa kopi gabah yang masih utuh (gumpalan). Kopi luwak yang masih menggumpal, umumnya didapat dari luwak tangkaran yang menu makanannya diatur agar tai berupa kopi yang dikeluarkannya merekat kuat. Harga kopi luwak yang masih menggumpal di tingkat penagkaran dan agen luwak dibandrol antara Rp.300 ribu-Rp.500 ribu. Bahkan ada yang lebih murah. Nah, apabila tai luwak tidak diambil dan dibiarkan diatas tanah, dia akan tumbuh menjadi bibit kopi berkualitas. Petani di Gayo umumnya akan menjadikan pegagan kopi (Pegege-Gayo) ini sebagai sumber benih kopi mereka. Karena petani percaya, luwak hanya akan memakan kopi-kopi terbaik yang tingkat kematangannya sempurna. Menjelang siang, tak banyak kopi luwak yang kudapat. Paling ada satu kilogram. Sementara jika dimusim panen kopi, satu kali perburuan kopi musang, bisa mencapi 5-10 kilogram kopi gabah basah. Takengon dan Bener Meriah adalah sentra penghasil kopi luwak terbesar di Sumatera. Saat ini, selain kopi luwak liar. Sudah banyak yang menagkarkan luwak di antero Takengon dan Bener Meriah. Satu orang ada yang sudah menangkarkan luwak hingga 25 ekor dengan produksi diatas 100 kilogram perbulannya. Permintaan akan kopi luwak arabika gayo setiap tahunnya terus meningkat. Bahkan sudah ada yang secara perseorangan yang mengirim kopi luwak hingga ke luar negeri. Banyak pengusaha kopi luwak di Sumatera Utara yang membeli kopi luwak mentah dari gayo dengan harga murah kemudian menjualnya dengan harga yang lumayan. Kopi luwak arabika gayo dikenal dengan rasa dan aromanya yang memikat dan disukai konsumen kopi. Meski begitu, harga luwak di gayo memang tidak pernah sama. Namun satu gelas luwak gayo biasanya dijual Rp.25 ribu per cup yang dikeluarkan sebuah mesin espresso. Menurut seorang pedagang kopi luwak, setiap tahun, puluhan ton luwak dijual keluar daerah dengan harga yang sangat variatif. Untuk green bean, harga termahal saat ini dipatok masih dibawah Rp.500 ribu. Banyak peminum kopi luwak yang berasal dari luar negeri kaget dan terkejut saat mengetahui harga kopi luwak di gayo hanya Rp. 25 ribu/cup. Tak pelak mereka sangat senang dan biasanya meminum lebih dari satu gelas. Karena selama ini, menurut mereka, minum kopi luwak hanya mimpi di negara mereka. Karena terlalu mahal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun