Mohon tunggu...
Ignatius Winarto
Ignatius Winarto Mohon Tunggu... Guru SMA Tarakanita 2 Jakarta

Olahraga untuk kesehatan dan kebugaran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasionalisme Seorang John Lie, Prajurit Keturunan Tionghoa

27 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 26 Agustus 2025   21:26 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tionghoa.info/laksamana-john-lie-pejuang-tionghoa-di-angkatan-laut-indonesia

Pasca proklamasi kemerdekaan, Indonesia tidaklah mulus menjadi sebuah negara merdeka sepenuhnya. Kondisi politik, ekonomi maupun sosial belumlah baik, Jepang masih ada militer yang belum ditarik mundur ke Jepang. Sekutu juga mulai menguasai untuk mengurusi tawanan perang dan peralihan kekuasaan di Indonesia.

            Kedatangan sekutu dan juga Belanda / NICA inilah menjadi salah satu sebab kondisi politik di Indonesia kacau. Konflik antara Republik Indonesia (RI) dengan pihak sekutu (Belanda) sering terjadi. Dalih bahwa Indonesia masih merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Belanda jadi alasan ingin menguasai kembali RI.

            RI berusaha mempertahankan kemerdekaan, mengusir Belanda dari wilayah RI, bukan hanya masyarakat pribumi, non pribumi pun ikut ambil bagian. Salah satu tokoh yang berperan dalam mempertahankan kemerdekaan adalah John Lie.

Karier John Lie Muda

            John Lie lahir di Manado, Sulawesi Utara, 09 Maret 1911 dengan nama lengkap John Lie Tjeng Tjoan. Anak dari seorang pengusaha transportasi di pesisir Manado, kehidupan Lie sangat akrab dengan dunia kelautan. Lie berpendidikan Hollands Chisne School dan Chhristelijke Lagere School.

            Pada 1928, usia Lee 17 tahun, ia sudah pindah Batavia dan mulai bekerja sebagai buruh di Pelabuhan Tanjung Priuk. Kecintaannya terhadap kelautan terus bernyala di hati Lie, iapun belajar tentang navigasi, kemudian Lee pun bekerja di perusahaan pelayaran punya Belanda, "Koninklijke Paketvaart Maatshappij" (KPM). Ketekunannya dalam pekerjaan menjadikan John Lie direkrut untuk menjadi tenaga di armada sekutu. Ia berdinas di kapal angkut selama Perang Pasifik (1941 -1945). Pernah berlayar ke Sri lanka membawa karet, pada saat sampai di sana Hindia Belanda (Indonesia) saat itu dikuasai oleh Jepang. Bahkan pernah sampai Koramshar, daerah sekitar Iran, Timur Tengah.

            John Lie, sudah menjadi bagian dari kesatuan kapal logistik pasukan sekutu selama Perang Dunia II. Tugas berat karena selama perang dunia, kapal selam Jerman menjadi ancaman dengan torpedonya. Ketika bertugas sampai di Timur Tengah, John Lie dibaptis sebgai Kristen.

            Setelah Perang Pasifik berakhir, sebagai orang non pribumi, Lie tidak bekerja lagi dengan sekutu tetapi lebih berpihak pada Indonesia. John Lie bergabung dengan Angkatan Laut Republik Indonesia.  Kariernya diawali di Pangkalan XII ALRI Cilacap tahun 1946 sebagai kepala divisi khusus yang bertugas mengawasi pelabuhan dan menyelenggarakan fungsi syahbandar. Tugas yang sering dilakukan ketika di Cilacap antara lain misi pembersihan ranjau laut sisa -- sisa perang dunia. Selain itu juga mendapat kepercayaan untuk mengajar nautika. Suatu keilmuan yang berfocus pada pengoperasian kapal, terutama bagian dek dan navigasi kapal. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana mengemudikan kapal, menghitung posisi, menggunakan alat navigasi, arah dan jarak di laut. Lie yang berprestasi tak lama naik pangkat dari Kelasi tiga menjadi Mayor Laut. Di Angkatan laut, tugas yang diemban semakin besar tanggungjawabnya.

John Lie Tembus Blokade Belanda

Pada 1947 John Lie mengawal pengiriman barang ekspor Indonesia ke Singapura. Ternyata dengan kegiatan ekonomi perdagangan yang dikawal John Lie bisa tembus blockade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda. Sejak saat itulah Lie sering mendapatkan tugas pengawalan untuk kegiatan ekspor, terutama ke Singapura.

Bukan sekedar kegiatan ekspor impor saja, dibalik aktifitas dagang tersebut ternyata ada barter. Sumber daya alam, hasil bumi terutama dari Sumatera dibarter dengan senjata dari Singapura, lalu senjata -- senjata itu diserahkan John Lie kepada pemerintah republik. Senjata untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan mempertahankan kedaulatan RI.  Sebuah perjuangan yang beresiko tinggi, Belanda sangat ketat dalam pengawasan lalu lintas perairan, Tertangkap oleh Belanda berarti siap bertaruh nyawa. John Lie memiliki kemampuan yang hebat maka sering lolos dari hadangan operasi militer Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun