Mohon tunggu...
Wina Febri Lestari
Wina Febri Lestari Mohon Tunggu... Guru

Saya adalah seorang guru, saya menikmati setiap proses yang saya jalani sekarang untuk benar-benar bisa menjadi seorang "Guru"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peran 3 Tujuan Filsafat Pendidikan dalam Membentuk Pendidikan yang Bermakna

25 September 2025   14:06 Diperbarui: 25 September 2025   17:26 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mind Mapp Tiga Tujuan Filsafat Pendidikan (Sumber: Dokumen Pibadi Penulis)

Pendahuluan 

Pernahkah kita bertanya apa tujuan kita bersekolah bertahun-tahun? apakah hanya demi mendapatkan ijazah, pekerjaan, dan gaji yang layak? atau ada sesuatu yang lebih dalam yang menjadikan pendidikan benar-benar berarti dalam hidup kita?

Sejak lama, para filsuf percaya bahwa pendidikan bukan sekedar ruang kelas, kurikulum, dan ujian. Pendidikan adalah jalan panjang untuk menemukan jati diri manusia, membangun peradaban, dan menanamkan nilai yang melebihi angka di dalam rapor. Karena itu, filsafat pendidikan hadir untuk mengingatkan bahwa di balik setiap buku pelajaran dan peraturan sekolah, ada tujuan yang lebih besar.

Menariknya, para pemikir membagi tujuan filsafat pendidikan ke dalam tiga arah utama. Pertama, tujuan inspiratif yang memberi visi dan harapan. Kedua, tujuan preskriptif yang menuntun dengan aturan dan pedoman. Ketiga, tujuan investigatif yang mengajak kita untuk terus bertanya dan mengkritisi praktik pendidikan agar tidak terjebak rutinitas.

Tiga tujuan ini seperti kompas, peta, dan kaca pembesar: memberi arah, memastikan langkah, sekaligus menguji apakah jalan yang ditempuh sudah tepat. Jika ketiganya berjalan bersama, pendidikan akan terasa bermakna, bukan hanya bagi siswa di ruang kelas, tetapi juga bagi masyarakat dan masa depan bangsa.

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Namun, pertanyaan sederhana dan mendasar seringkali muncul yaitu "pendidikan itu untuk apa?" Apakah hanya sebagai bentuk tanggung jawab anak ke orang tua dan sebaliknya? Apakah untuk memperoleh keterampilan tertentu sehingga menghasilkan tenaga kerja? Apakah mendorong individu untuk menguasai ilmu pengetahuan dan membentuk karakter? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak bisa dijawab hanya dengan pendekatan praktis, melainkan memerlukan pendekatan filosofis.

Di sinilah filsafat pendidikan berperan dalam membantu mengeksplorasi landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis dari pendidikan. Berdasarkan kajian filosofis, tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi tiga kategori:

1. Tujuan Inspiratif: memberikan arah, visi, dan cita-cita ideal bagi pendidikan

2. Tujuan Preskriptif: menetapkan, aturan, norma, dan pedoman yang harus dilaksanakan

2. Tujuan Investigatif: menjalankan fungsi kritis dan reflleksi untuk menguji relevanti dan konsistensi pendidikan.

Pembahasan

1. Peran Tujuan Inspiratif

Tujuan inspiratif dalam filsafat pendidikan bersifat visioner. Ia berfungsi sebagai sumber motivasi dan orientasi yang menggerakkan seluruh praktik pendidikan. Inspirasi ini biasanya berakar pada nilai-nilai dasar kemanusiaan, agama, budaya, maupun cita-cita bangsa.

Pendidikan bermakna harus berlandaskan nilai-nilai imanen, seperti keadilan, kebenaran, dan kepedulian sosial. Tanpa inspirasi nilai, pendidikan hanya akan berorientasi pada aspek kognitif atau instrumental semata. Inspirasi menjadikan pendidikan lebih dari sekadar penguasaan keterampilan; ia mengarah pada pembentukan manusia berkarakter dan bermartabat.

Dalam konteks global, tujuan inspiratif sering dikaitkan dengan pendidikan humanis. Paulo Freire, seorang filsuf pendidikan, menegaskan bahwa pendidikan harus membebaskan manusia dari penindasan dan membentuk kesadaran kritis. Tujuan ini jelas bersifat inspiratif karena menekankan cita-cita kemanusiaan yang luhur.

Contoh konkret dari tujuan inspiratif adalah Visi Pendidikan Nasional Indonesia, yaitu “mewujudkan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Visi ini bersifat inspiratif karena memberikan gambaran tentang manusia ideal yang hendak dibentuk melalui pendidikan.

 

2. Peran Tujuan Preskriptif

Jika tujuan inspiratif memberi arah, maka tujuan preskriptif memberikan pedoman operasional. Tujuan preskriptif dalam filsafat pendidikan bersifat normatif, mengatur apa yang seharusnya dilakukan dalam praktik pendidikan.

Tujuan preskriptif diwujudkan dalam bentuk kurikulum, standar kompetensi, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai filosofis. Misalnya, jika tujuan inspiratif adalah “membentuk manusia berkarakter”, maka tujuan preskriptif menerjemahkannya menjadi mata pelajaran pendidikan karakter, aturan tata tertib sekolah, serta metode pembelajaran yang menanamkan nilai moral.

Preskripsi juga penting dalam memastikan adanya keseragaman standar. Tanpa preskripsi, pendidikan hanya akan berupa wacana ideal tanpa implementasi nyata. Sebaliknya, dengan preskripsi yang baik, visi inspiratif dapat diwujudkan dalam bentuk kebijakan pendidikan yang konsisten.

Contoh preskriptif dalam pendidikan modern adalah Kurikulum Merdeka di Indonesia. Kurikulum ini menetapkan capaian pembelajaran, profil pelajar Pancasila, serta pedoman guru dalam mengembangkan kegiatan belajar. Dengan demikian, visi ideal tentang pelajar yang mandiri, bernalar kritis, dan berakhlak mulia dapat diwujudkan secara konkret.

Ketiga tujuan ini bersifat saling melengkapi. Pendidikan yang hanya inspiratif tanpa preskriptif bisa kehilangan pijakan praktis. Pendidikan yang hanya preskriptif tanpa inspiratif akan kehilangan arah visioner. Sementara itu, pendidikan yang mengabaikan tujuan investigatif akan kaku, stagnan, dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Oleh karena itu, penting untuk membahas peran ketiga tujuan filsafat pendidikan dalam membentuk pendidikan yang bermakna. Artikel ini akan menjelaskan secara sistematis bagaimana inspiratif, preskriptif, dan investigatif berperan, serta bagaimana ketiganya bersinergi untuk menciptakan pendidikan yang relevan, humanis, dan berkelanjutan.

3. Peran Tujuan Investigatif

Selain inspiratif dan preskriptif, filsafat pendidikan juga memiliki tujuan investigatif, yaitu fungsi kritik dan refleksi terhadap praktik pendidikan. Tujuan investigatif membantu menilai apakah visi dan aturan yang ada benar-benar relevan, adil, dan sesuai dengan hakikat pendidikan.

Pendekatan rekonstruksionisme yang menekankan perlunya evaluasi kritis terhadap tujuan pendidikan. Tanpa fungsi investigatif, sistem pendidikan cenderung kaku, tertutup terhadap perubahan, dan bahkan berpotensi melanggengkan ketidakadilan.

Investigasi dalam filsafat pendidikan mencakup pertanyaan-pertanyaan kritis, seperti:

  • Apakah kurikulum yang ada relevan dengan kebutuhan masyarakat?

  • Apakah pendidikan karakter benar-benar membentuk perilaku, atau hanya sebatas slogan?

  • Bagaimana penggunaan teknologi digital memengaruhi hubungan guru dan murid?

Contoh nyata tujuan investigatif adalah kajian terhadap dampak digitalisasi pendidikan. Di satu sisi, digital learning memperluas akses pengetahuan. Namun, investigasi kritis menunjukkan adanya masalah, seperti menurunnya interaksi sosial, meningkatnya kesenjangan digital, dan risiko dehumanisasi. Fungsi investigatif ini memastikan pendidikan tidak kehilangan sisi humanis di tengah perkembangan teknologi.

4. Sinergi Tiga Tujuan dalam Pendidikan yang Bermakna

Ketiga tujuan filsafat pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi saling melengkapi. Pendidikan yang bermakna hanya dapat terwujud apabila ketiganya berjalan secara sinergis:

  1. Inspiratif → memberikan visi ideal yang mengarahkan pendidikan.

  2. Preskriptif → menerjemahkan visi tersebut ke dalam aturan dan struktur konkret.

  3. Investigatif → menguji, mengkritisi, dan memperbarui agar pendidikan tetap relevan.

Sebagai ilustrasi, jika visi pendidikan adalah “membentuk pelajar yang kritis dan kreatif”, maka preskripsinya berupa pengembangan kurikulum yang menekankan project-based learning. Setelah itu, fungsi investigatif diperlukan untuk menilai apakah metode ini benar-benar efektif, atau justru membebani siswa dan guru.

Sinergi ini juga penting dalam menghadapi tantangan abad ke-21, seperti globalisasi, krisis lingkungan, dan perkembangan teknologi. Pendidikan yang hanya berfokus pada keterampilan praktis tidak cukup. Ia membutuhkan visi (inspiratif), pedoman (preskriptif), dan refleksi kritis (investigatif) agar mampu membentuk manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak dan bertanggung jawab.

Kesimpulan

Filsafat pendidikan memiliki tiga tujuan utama yang saling melengkapi: inspiratif, preskriptif, dan investigatif. Tujuan inspiratif memberikan arah dan cita-cita luhur pendidikan; tujuan preskriptif memastikan visi tersebut diwujudkan dalam bentuk aturan, kurikulum, dan kebijakan; sedangkan tujuan investigatif berfungsi mengkritisi dan merefleksi agar pendidikan tetap relevan dan humanis.

Pendidikan yang bermakna bukan sekadar transfer ilmu, tetapi proses membentuk manusia seutuhnya—berkarakter, berpengetahuan, dan mampu menghadapi tantangan zaman. Sinergi tiga tujuan filsafat pendidikan sangat penting untuk mewujudkan pendidikan yang tidak hanya menghasilkan lulusan yang kompeten, tetapi juga manusia yang bermakna bagi dirinya, masyarakat, dan dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun