Contoh preskriptif dalam pendidikan modern adalah Kurikulum Merdeka di Indonesia. Kurikulum ini menetapkan capaian pembelajaran, profil pelajar Pancasila, serta pedoman guru dalam mengembangkan kegiatan belajar. Dengan demikian, visi ideal tentang pelajar yang mandiri, bernalar kritis, dan berakhlak mulia dapat diwujudkan secara konkret.
Ketiga tujuan ini bersifat saling melengkapi. Pendidikan yang hanya inspiratif tanpa preskriptif bisa kehilangan pijakan praktis. Pendidikan yang hanya preskriptif tanpa inspiratif akan kehilangan arah visioner. Sementara itu, pendidikan yang mengabaikan tujuan investigatif akan kaku, stagnan, dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Oleh karena itu, penting untuk membahas peran ketiga tujuan filsafat pendidikan dalam membentuk pendidikan yang bermakna. Artikel ini akan menjelaskan secara sistematis bagaimana inspiratif, preskriptif, dan investigatif berperan, serta bagaimana ketiganya bersinergi untuk menciptakan pendidikan yang relevan, humanis, dan berkelanjutan.
3. Peran Tujuan Investigatif
Selain inspiratif dan preskriptif, filsafat pendidikan juga memiliki tujuan investigatif, yaitu fungsi kritik dan refleksi terhadap praktik pendidikan. Tujuan investigatif membantu menilai apakah visi dan aturan yang ada benar-benar relevan, adil, dan sesuai dengan hakikat pendidikan.
Pendekatan rekonstruksionisme yang menekankan perlunya evaluasi kritis terhadap tujuan pendidikan. Tanpa fungsi investigatif, sistem pendidikan cenderung kaku, tertutup terhadap perubahan, dan bahkan berpotensi melanggengkan ketidakadilan.
Investigasi dalam filsafat pendidikan mencakup pertanyaan-pertanyaan kritis, seperti:
Apakah kurikulum yang ada relevan dengan kebutuhan masyarakat?
Apakah pendidikan karakter benar-benar membentuk perilaku, atau hanya sebatas slogan?
Bagaimana penggunaan teknologi digital memengaruhi hubungan guru dan murid?
Contoh nyata tujuan investigatif adalah kajian terhadap dampak digitalisasi pendidikan. Di satu sisi, digital learning memperluas akses pengetahuan. Namun, investigasi kritis menunjukkan adanya masalah, seperti menurunnya interaksi sosial, meningkatnya kesenjangan digital, dan risiko dehumanisasi. Fungsi investigatif ini memastikan pendidikan tidak kehilangan sisi humanis di tengah perkembangan teknologi.