Pembahasan
1. Peran Tujuan Inspiratif
Tujuan inspiratif dalam filsafat pendidikan bersifat visioner. Ia berfungsi sebagai sumber motivasi dan orientasi yang menggerakkan seluruh praktik pendidikan. Inspirasi ini biasanya berakar pada nilai-nilai dasar kemanusiaan, agama, budaya, maupun cita-cita bangsa.
Pendidikan bermakna harus berlandaskan nilai-nilai imanen, seperti keadilan, kebenaran, dan kepedulian sosial. Tanpa inspirasi nilai, pendidikan hanya akan berorientasi pada aspek kognitif atau instrumental semata. Inspirasi menjadikan pendidikan lebih dari sekadar penguasaan keterampilan; ia mengarah pada pembentukan manusia berkarakter dan bermartabat.
Dalam konteks global, tujuan inspiratif sering dikaitkan dengan pendidikan humanis. Paulo Freire, seorang filsuf pendidikan, menegaskan bahwa pendidikan harus membebaskan manusia dari penindasan dan membentuk kesadaran kritis. Tujuan ini jelas bersifat inspiratif karena menekankan cita-cita kemanusiaan yang luhur.
Contoh konkret dari tujuan inspiratif adalah Visi Pendidikan Nasional Indonesia, yaitu “mewujudkan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Visi ini bersifat inspiratif karena memberikan gambaran tentang manusia ideal yang hendak dibentuk melalui pendidikan.
2. Peran Tujuan Preskriptif
Jika tujuan inspiratif memberi arah, maka tujuan preskriptif memberikan pedoman operasional. Tujuan preskriptif dalam filsafat pendidikan bersifat normatif, mengatur apa yang seharusnya dilakukan dalam praktik pendidikan.
Tujuan preskriptif diwujudkan dalam bentuk kurikulum, standar kompetensi, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai filosofis. Misalnya, jika tujuan inspiratif adalah “membentuk manusia berkarakter”, maka tujuan preskriptif menerjemahkannya menjadi mata pelajaran pendidikan karakter, aturan tata tertib sekolah, serta metode pembelajaran yang menanamkan nilai moral.
Preskripsi juga penting dalam memastikan adanya keseragaman standar. Tanpa preskripsi, pendidikan hanya akan berupa wacana ideal tanpa implementasi nyata. Sebaliknya, dengan preskripsi yang baik, visi inspiratif dapat diwujudkan dalam bentuk kebijakan pendidikan yang konsisten.