Mohon tunggu...
Wilbert Lee
Wilbert Lee Mohon Tunggu... Pelajar Kolese Kanisius

Seorang pelajar SMA Kolese Kanisius kelas XII.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bangsa yang Berani Bercermin dan Tidak Tuli

18 September 2025   20:08 Diperbarui: 18 September 2025   20:08 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada Sahroni yang kabur ke Singapura, ada Eko Patrio yang kabur ke Tiongkok, bahkan rombongan anggota Komisi XI yang bersama-sama bertamasya ke Australia, melalaikan tanggung jawab yang telah dipercayakan kepada mereka.

Oleh karena itu, penting bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan sebuah pemerintahan yang mau mendengarkan rakyatnya dan tidak kabur dari tanggung jawabnya, dengan kata lain: kita harus meningkatkan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah yang mau mendengarkan rakyatnya memainkan peran krusial dalam menciptakan tata kelola yang efektif dan responsif. Dengan mendengarkan, pemerintah dapat lebih memahami tantangan dan kebutuhan yang sebenarnya dihadapi oleh warganya, bukan hanya asumsi-asumsi yang malah berkembang menjadi ketakutan palsu dan berlebihan. Manfaatnya pun tidak main-main, yakni perumusan kebijakan menjadi lebih relevan, tepat sasaran, dan inklusif. Sikap mendengarkan membangun jembatan kepercayaan antara pemerintah dan rakyat. Masyarakat akan merasa lebih terwakili dan dihargai apabila didengarkan oleh pemerintah sehingga memunculkan sikap proaktif dalam partisipasi pembangunan, implementasi kebijakan, dan menjaga stabilitas sosial. Sebaliknya, pemerintah yang abai terhadap suara rakyat berisiko kehilangan legitimasi, memicu ketidakpuasan publik, dan berujung pada ketidakstabilan. Ingat bahwa pada tahun 1998, pemerintah yang dinilai kurang efektif akhirnya memperoleh tekanan dari massa dan Presiden Soeharto pun turun dari jabatan akibatnya. Janganlah menjadi seorang perwakilan rakyat yang malah meremehkan pihak yang diwakili, melainkan jadilah perwakilan rakyat yang mau mendengarkan tuntutan rakyat! Dengan demikian, gelar perwakilan rakyat tidak hanya menjadi omon-omon belaka. 

Marilah kita berani bercermin sebagai satu bangsa Indonesia dan mewujudkan pemerintah yang mau mendengarkan! 

Sumber Artikel

  1. Fobia Ulat Bulu di Negeri Hantu  (F. Rahardi, Kompas.com)

  2. Sandiwara Penyelesaian Pagar Laut Ilegal (Editorial Tempo)

  3. Ketika Sumpah dan Etika hanya Menjadi Teks Mati (Budiman Tanuredjo, Kolom Kompas, 28 Agustus 2024)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun