Kematian Paus Fransiskus yang berusia 88 tahun pada 21 April 2025 mengejutkan dunia. Uskup Roma dan Vikaris Kristus yang dikenal dengan sikap kesederhanaannya dalam penggembalaannya dan kedatangannya ke Indonesia pada tanggal 3---6 September 2024 ini meninggal karena stroke yang mengakibatkan koma dan gagal jantung (Ardianto, 2025).Â
Lantas, Kapel Sistina yang bertempat di sebelah Basilika Santo Petrus, Vatikan segera dipersiapkan untuk menyambut pelaksanaan konklaf (proses pemilihan paus yang baru). Para pangeran gereja (kardinal) pun segera berangkat ke Vatikan. Terdapat 133 kardinal di bawah umur 80 (dua kardinal lainnya tidak mampu pergi ke Roma) yang berhak untuk menentukan paus baru dalam proses konklaf (Schneid, 2025). Mereka mengadakan berbagai pertemuan pra-konklaf. Pertemuan itu membahas berbagai tantangan yang dihadapi oleh Gereja Katolik dan aspek-aspek yang diharapkan dari seorang paus baru (McLellan, 2025). Hal itu dilaksanakan sebagai bentuk persiapan untuk melaksanakan proses konklaf yang hanya terjadi beberapa puluh tahun sekali. Asap putih pun keluar pada tanggal 8 Mei 2025 setelah dua hari proses pelaksanaan konklaf. "Annuntio vobis gaudium magnum: habemus Papam!" Kardinal Robert Prevost dari Chicago pun diumumkan sebagai penerus Santo Petrus ke-267 dan memilih Leo sebagai nama kepausannya (Kirby dan Wells, 2025).Â
Paus Leo XIV pun diangkat secara resmi dalam misa di Vatikan pada 18 Mei 2025. Kardinal Prevost diberikan Pallium dan Cincin Nelayan dengan makna simbolisnya masing-masing yang berhubungan dengan Santo Petrus sebagai Paus Pertama. Saya memperoleh kesempatan untuk menghadiri misa syukur inagurasi Paus Leo XIV di Katedral Jakarta (18/05/2025). Dalam homilinya, Kardinal Ignatius Suharyo sempat menyampaikan kesan pesan yang diperolehnya dari dinamika konklaf. Banyak momen yang nampaknya mengintimidasi dan penuh dengan ketidakpastian, "apakah akan ada 'persaingan'?" ujar Kardinal dalam homili misa sore ini. Namun, ternyata muncul pula beberapa momen lucu yang terjadi dalam pelaksanaan konklaf. Banyak kardinal yang sudah sepuh, sampai-sampai terdapat beberapa kekeliruan dalam proses konklaf seperti momen ketika seorang kardinal senior memasukkan dua kertas suara, padahal seharusnya hanya satu lembar saja yang dimasukkan, proses konklaf pun terpaksa harus diulang dari awal karena adanya ketidakcocokan antara jumlah kardinal dan kertas suara.Â
Mengapa proses konklaf berlangsung dengan sangat cepat?
Kardinal Ignatius Loyola berkata, "Ada yang nakal, para bapak kardinal itu, ..., karena makanannya tidak cocok katanya, maka dipercepat supaya bisa cepat keluar dari rumah itu dan makan menurut pilihannya masing-masing."
Kardinal Ignatius Loyola berkata bahwa semua barang bawaan para kardinal digeledah secara seksama sebelum pelaksanaan konklaf, terutama untuk menjamin tidak ada komunikasi yang terjalin dari dalam konklaf ke dunia luar. Meskipun sudah menjalani penggeledahan yang ketat, masih ada saja dua handphone yang lolos. "Tetapi ternyata di dalam konklaf masih ditemukan dua alat komunikasi, HP." Tidak ada jawaban dari para kardinal karena mereka sudah cukup sepuh. Pada saat ditemukan pemilik dari alat komunikasi tersebut, tidak ada kardinal yang jengkel atau marah, malahan tertawa bersama-sama. Â
Dengan demikian, Kardinal Ignatius Loyola merasa bahwa proses konklaf berjalan dengan sungguh lancar, tidak terduga sebelumnya dan di bawah tuntunan roh kudus. Proses konklaf pun berjalan tanpa adanya permainan uang atau kampanye layaknya pemilihan politik. Persiapan yang dilaksanakan pra-konklaf pun sudah matang, terdapat sembilan hari pertemuan para kardinal dengan gagasannya masing-masing, "Pemimpinnya sidang mengatakan bahwa kalau ditumpuk, usulnya segini nih, kertas-kertas pidatonya bapak kardinal itu." kata Kardinal Ignatius Suharyo.Â
Menurut saya, kesan pesan yang disampaikan oleh Kardinal Ignatius Suharyo ini sungguh menarik. Cerita pengalamannya mampu mengubah perspektif saya mengenai proses konklaf yang terkesan misterius, apalagi setelah menyaksikan film Conclave yang dirilis pada tahun 2024 lalu. Saya menyadari bahwa proses konklaf ini melibatkan banyak sekali kardinal dengan latar belakangnya masing-masing, "ada yang muda, ada yang senior, ada yang pelupa, dan sebagainya." Berjalan ke depan, "Kita berharap di bawah kepemimpinan Paus Leo, Gereja dapat terus mencari jalan-jalan baru untuk mewujudkan ajaran-ajarannya, khususnya Ajaran Sosial Gereja."
Sumber:Â
Ardianto, Harri Raditya. (2025). Kematian Paus Fransiskus, Refleksi tentang Kepemimpinan dan Kesederhanaan. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Diakses 18 Mei, 2025 (https://www.its.ac.id/news/2025/04/29/kematian-paus-fransiskus-refleksi-tentang-kepemimpinan-dan-kesederhanaan/).Â
Campisi, Tiziana. (2025). The rite for the Inauguration of the Petrine Ministry of Leo XIV. Vatican: Vatican News. Diakses 18 Mei, 2025 (https://www.vaticannews.va/en/pope/news/2025-05/rite-inauguration-petrine-ministry-leo-xiv-symbolism-rites.html).Â
Kirby, Paul dan Ione Wells. (2025). Who is Robert Prevost, the new Pope Leo XIV? London: BBC. Diakses 18 Mei, 2025 (https://www.bbc.com/news/articles/c0ln80lzk7ko).Â
McLellan, Justin. (2025). In Final Pre-Conclave Meetings, Cardinals Prepare To Support a New Pope. New York: The Tablet. Diakses 18 Mei, 2025 (https://thetablet.org/final-pre-conclave-meetings-cardinals/).Â
Schneid, Rebecca. (2025). Who Are the Cardinals Selecting the Pope? New York: Time. Diakses 18 Mei, 2025 (https://time.com/7283650/who-are-cardinals-selecting-pope-conclave/).Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI