Mohon tunggu...
Wikan Widyastari
Wikan Widyastari Mohon Tunggu... An ordinary mom of 3

Ibu biasa yang bangga dengan 3 anaknya. Suka membaca, menulis,nonton film, berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pengalaman Spiritual Di Detik Meninggalnya Adikku

17 September 2025   10:21 Diperbarui: 17 September 2025   10:21 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama banget tidak menulis dan membuka kompasiana. Sekali buka ada topik pilihan One in a million moment. Langsung ingatanku melayang ke peristiwa beberapa tahun yang lalu. Di detik-detik terakhir wafatnya adik laki-lakikun

Adikku ini sangat unik. Saking uniknya, kami jadi sering bertengkar. Sebenarnya juga bukan persoalan yang besar Hanya beda sudut pandang, beda lifestyle. Dan yang paling mengganggu adalah cara kami berkomunikasi sangat beda. Kenapa bisa begitu beda? Karena kami tumbuh besar saling berjauhan. Adikku hampir selalu sekolah di luar kota. SMA sudah nge kos, kuliahpun di luar kota. Jadi memang kami jarang bertemu, kecuali pas acara keluarga, atau liburan. Jadi bisa dipahami bahwa kami sungguh beda dan kurang dekat.

Alhasil, kalau ngobrol, hampir bisa dipstikan kami akan sering berbeda pendapat. Tapi jangan salah,meski begitu, saya menyayangi adikku ini. Meski hanya d dalam hati. Di luar, ya sudah, berantem aja. Kalau ngomong, kami beda pendapat melulu.

Beberapa tahun yang lalu, di bulan ramadhan, adikku datang dan menginap di rumahku. Sebenarnya sih rumah orangtuaku, tapi sudah diberikan padaku. Jadi tek heran rumahku jadi tujuan saudara2 yang datang ke Jogja. Nah, entah kenapa, tiba-tba dia muntah-muntah banyak sekali. Karena khawatir, aku dan ibuku mengantar dia ke rumah sakit. Setelah diperiksa, dokter menyarankan rawat inap, ya sudah, kami ikuti kata dokter. Setelahmendapat kamar, kami pulang karena adikku bilang, dia ingin istirahat sendiri. 

Tengah malam kami ditelpon rumah sakit, katanya gula darah adikku naik sampi 800. Dia gelisah, kesakitan dan tak bisa tidur. dan masuk ruang ICU.Salah satu dari piha keluarga harus menjaga di rumah sakit.  Setelah rawt inap beberapa hari, adikku akhirnya boleh pulang. Tapi baru beberapa hari dirumah, adikku harus masuk ICU rumah sakit lagi karena sesak nafas dan kesakitan. Ternyata gula darahnya naik sampia hampir 1000. Nggak percaya sih rasanya, masak bisa setinggi itu, tapi adik saya masih bisa bertahan. Kaa dkter biiasanya jika gula darha naik sampai setinggi itu tak ada yang bisa bertahan.

Selama almarhum di rumah sakit, sayalah yang sibuk mengurus ini dan itu, semua keperluan dia. Karena istrinya tinggal di kota lain. Nah, saat masuk ICU yang ke tiga kalinya ini istrinya datangm dan setelah diperbolehkan pulang, setelah istirahat beberapa hari di rumah, dia diajak pulang oleh istrinya. Ehm, ga lama dia datang lagi ke Jogja. Tentu dalam kondisi yang belum sembuh sepenuhnya. Marahlah aku karena ga masuk di akalku orang masih sakit jauh-jauh balik lagi ke Jogja. Kenapa ga diam dulu di rumah sampai sembuh. Jadi aku agak diemin adikku ini. 

Aku di rumah tuh suka banget baring-baring di sofa ruang tamu rumahku. Nah, entah kenapa dia bolak balik melewati sofa tempat aku berbaring. Seperti mau ngomong sama aku tapi ga kesampaian. Bolak balik beberapa kali. Lalu sorenya dia balik ke kotanya. Nah bodohnya aku, aku cuek aja.

singkat cerita diperjalanan, dia kambuh lagi sakitnya dan harus turun di stasiun terdekat dan dibawa kru kereta api ke rumah skit terdekat. Lalu dicari kakakku dan dia minta balik ke Jogja dlam kondisi sakit. Meski masih sadar. Di perjalanan memakai abulans, dia ga sadar dan beberapa hari di rumah sakit, karena istrinya yang menunggui, saya tidak terlalu khawatir. Lalu hari ke 3 saya aja anak saya untuk ke RS menjenguk kupikir, aku ingin tanya dokter tentang kondisi adikku. Lalu sampai diRS aku menyuruh anakku untuk membacakan surah Yasin buat adikku dan aku pergi ke kantor dokter jaga. Aku diberitahu bahwa adikku sudah tidak ada harapan lagi. Hanya tinggal menunggu waktu. Lalu aku balik ke adikku, sementara anakku sudah selesai baca Surah Yasin, dan aku berdiri diposisi di dekat kepalanya, aku berkata padanya dalam hati, " Dik Maafin mbak ya, mbak juga memafkan semua kesalahanmu" Setelah selesai mengucap dalam hati, tiba-tiba aku merasa dadaku seperti diguyur air es,cess,  dingin, lega dan ringan rasanya. Seketika aku tahu bahwa adikku mendengar ucapan hatiku, memaafkanku dan seketika aku tahu bahwa dia ketika bolak balik melewati sofa tempat aku baring2 waktu itu adalah ingin meminta maaf padaku.

Setelah itu aku pulang dan belum sampai 10 menit sampai rumah ditelpon ponakan, bahwa adikku telah berpulang. Innillahi wa innaillaihi rojiun.

Pengalaman one in a million ini, sungguh tak pernah bisa aku lupakan. Aku jadi mengerti bahwa menjelang sakaratul maut, semua tabir dibuka. Aku bersyukur bahwa aku sempat saling memaafkan d engan adikku persis disaat menjelang sakaratul maut. aku bersyukur bahwa anakku sempat membacakan yasin di saat paling crucial dalam hidupnya. 

Al Fatihah untuk adikku tersayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun