Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benarkah Kompasiana Bangkrut?

30 Agustus 2025   07:42 Diperbarui: 30 Agustus 2025   07:42 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Imjay guru blogger indonesia/dokpri

Benarkah Kompasiana Bangkrut? Inilah kisah Omjay kali ini di kompasiana tercinta. Omjay sudah menulis di kompasiana dari mulai berdiri hingga saat ini.

Ada kabar beredar di grup WhatsApp para penulis, katanya Kompasiana bangkrut. Saya sampai tersedak kopi saat membaca berita itu. "Waduh, kalau Kompasiana bangkrut, terus di mana lagi kita bisa menulis panjang-panjang tanpa dipotong admin? Di status Facebook maksimal cuma 5.000 karakter, di Twitter eh sekarang X cuma 280 karakter, di Instagram malah lebih parah---nulis caption panjang dikira curhat nggak kelar-kelar."

Pertanyaan besarnya: benarkah Kompasiana bangkrut?

Nah, karena saya ini guru blogger, bukan auditor keuangan, maka jawaban saya tentu bukan berdasarkan laporan keuangan tahunan, melainkan berdasarkan suasana hati penulis. Kalau penulis-penulis sudah jarang nongol, artikel makin sepi komentar, dan lomba menulis makin jarang, bolehlah kita pakai istilah satir: "Kompasiana bangkrut batin, bukan bangkrut finansial."

1. Bangkrut Pembaca

Jangan salah, pembaca Kompasiana itu sebenarnya banyak. Tapi belakangan, banyak yang hanya membaca diam-diam. Silent reader. Klik artikel, baca, tutup tab. Tidak ada jejak. Tidak ada komentar. Tidak ada "like" (atau recommend).

Saya jadi ingat kata pepatah: "Tulisan terbaik adalah tulisan yang sepi pembaca." Nah, di Kompasiana, pepatah itu makin nyata. Kadang saya nulis 1.500 kata, susah payah menyelipkan humor ala Omjay, eh pembacanya cuma 13 orang. Itu pun mungkin termasuk saya sendiri yang nge-klik berkali-kali untuk ngecek typo.

Kalau pembaca tidak mau meninggalkan komentar, apakah artinya bangkrut? Bisa jadi iya. Karena sebuah media tanpa interaksi ibarat warung kopi tanpa pengunjung.

2. Bangkrut Komentator

Dulu, zaman Kompasiana masih "hijau royo-royo", komentar itu rame. Ada yang serius, ada yang nyeleneh, ada juga yang sekadar titip link. Rasanya kayak nongkrong di warung pojokan kampus: selalu ada yang nyeletuk.

Sekarang? Komentator makin langka. Saya sering merasa menulis di padang pasir. Yang terdengar hanya suara angin, tanpa sahutan. Kadang saya berandai-andai, seandainya ada fitur AI auto-comment, mungkin artikel saya bisa lebih ramai. Minimal ada komentar standar begini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun