Markas Brimob Dikepung Ribuan Abang Ojol: Murka Rakyat yang Tak Bisa Dibendung. Bangros atau Rosadi Jamani, Ketua Satupena Kalbar membagikan tulisannya di facebook. Kapolri minta maaf kepada masyarakat.
Malam itu, 28 Agustus 2025, udara Jakarta terasa berat. Bukan karena hujan yang mengguyur atau asap knalpot yang menyesakkan, melainkan karena ada sesuatu yang jauh lebih pekat: murka.Â
Ribuan pengemudi ojek online, yang sehari-hari kita kenal dengan sapaan akrab abang ojol, tumpah ruah ke jalan. Mereka datang markas brimob dengan penuh amarah. Hal ini disebabkan teman mereka tewas dilindas mobil polisi.
Mereka mengepung Markas Brimob, sebuah benteng besi yang biasanya hanya ditakuti, kini dikepung dengan keberanian rakyat kecil yang hatinya tersulut api dendam. Mereka tak takut mati demi melawan ketidakadilan.
Sekitar pukul 22.00 WIB, suara deru motor menggetarkan aspal. Dari berbagai penjuru kota, mereka datang. Jaket hijau yang biasanya menjadi simbol kerja keras mencari nafkah, malam itu berubah wujud menjadi seragam perlawanan.Â
Helm-helm mereka berkilauan oleh pantulan lampu jalan, seolah menjadi tameng sederhana menghadapi tameng baja aparat. Mereka kompak mengepung markas brimob dengan satu tujuan.
Mereka datang bukan untuk gaya-gayaan. Mereka datang dengan wajah muram, mata menyala, dan dada bergemuruh.Â
Di balik sorak dan klakson, ada kisah getir yang membuat mereka nekat melawan markas bersenjata: nama Affan Kurniawan, yang tubuhnya hancur dilindas rantis Brimob di tengah demonstrasi, dan nama Moh. Umar Amirudin, sahabatnya yang kini berjuang melawan maut di ruang ICU.