Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Driver Ojol Tewas Ditabrak Mobil Polisi dan Markas Brimob Dikepung Ribuan Ojol

29 Agustus 2025   06:32 Diperbarui: 29 Agustus 2025   18:54 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapolri minta maaaf/kompas.com

Satu nama sudah gugur, satu nama lain masih bertahan di ujung napas. Semua itu bukan akibat perang melawan penjajah asing, melainkan akibat roda baja negara yang seharusnya melindungi rakyatnya.

Jeritan yang Tak Didengar

Detik-detik tragedi itu terus terngiang di kepala para saksi. Bagaimana rantis hitam bermoncong baja itu melaju tanpa belas kasihan. Tubuh Affan tidak lagi dipandang sebagai manusia, melainkan sekadar kerikil di jalan raya. 

Saksi mata berteriak histeris, namun suara mereka tenggelam oleh gemuruh mesin perang negara. Dalam hitungan detik, satu nyawa rakyat kecil melayang, dan satu keluarga hancur seketika.

Tak ada film Hollywood yang bisa melukiskan kengerian itu. Ini bukan adegan drama, ini nyata. Nyawa rakyat miskin diremukkan oleh roda besi, dan setelah itu negara hanya bisa berucap lirih: maaf.

Istana, melalui Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, menyampaikan permintaan maaf. Disusul Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang juga berkata dengan nada penuh penyesalan:

"Saya menyesali terhadap peristiwa yang terjadi dan mohon maaf sedalam-dalamnya... Sekali lagi, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk korban dan seluruh keluarga serta keluarga besar Ojol."

Kata itu, maaf, dilemparkan seperti recehan di jalanan. Seolah maaf bisa menutup luka. Seolah maaf bisa mengganti cicilan motor Affan yang kini terbengkalai. Seolah maaf bisa membayar susu anak yang ditinggalkan ayahnya. Seolah maaf bisa menahan mesin ventilator yang menopang Umar agar tetap bernapas.

Padahal luka itu telah menjelma parit dalam di hati rakyat. Luka yang tak bisa ditutup dengan sekadar kata, apalagi jika kata itu datang dari mereka yang duduk di singgasana kekuasaan, jauh dari jeritan rakyat kecil.

suara rakyat tak bisa dibungkam/HMI
suara rakyat tak bisa dibungkam/HMI

Solidaritas Abang Ojol

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun