Meski saat ini guru bergelar doktor belum sepenuhnya mendapat penghargaan yang layak, harapan tetap ada. Pemerintah dan organisasi guru perlu memikirkan wadah khusus untuk memberdayakan guru S3.
Mengapa tidak membentuk forum nasional guru bergelar doktor? Mengapa tidak ada regulasi khusus yang memberi ruang bagi mereka untuk melakukan riset, menulis buku, atau mengembangkan inovasi pembelajaran yang bisa diadopsi secara nasional?
Bukankah lebih baik negara memanfaatkan sumber daya berilmu tinggi daripada membiarkannya tenggelam dalam rutinitas administratif di sekolah?
Omjay dan Jalan Menuju Guru Besar, bukan guru yang berbadan besar.
Sosok seperti Omjay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd) adalah contoh nyata bahwa jalan lain sebenarnya terbuka. Dengan portofolio yang kaya, dimana Omjay aktif menulis, menjadi pembicara, dan berjejaring luas ke dunia internasional.Â
Omjay sangat jelas punya peluang besar jika melangkah ke perguruan tinggi swasta (PTS) dan melanjutkan ke jenjang guru besar. Omjay layak menjadi guru besar atau profesor di perguruan tinggi swasta.
Mengapa tidak?
Mengapa seorang guru S3 tidak diberi kesempatan itu?
Bukankah justru PTS membutuhkan figur yang kaya pengalaman lapangan seperti Omjay?
Bahkan, bukan hanya Omjay guru blogger Indonesia. Banyak guru bergelar doktor di Indonesia yang seharusnya diberi kesempatan serupa. Kita pelu memberikan apreasiasi dan memberikan kesempatan guru untuk berkarir lebih tinggi.
Penutup: Jalan Panjang yang Belum Usai
Kita boleh merasa pahit melihat kenyataan. Gelar tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan penghargaan. Namun perjalanan seorang guru sejatinya bukan soal gaji dan jabatan semata.
Guru adalah panggilan jiwa.
Meski negara belum sepenuhnya adil, meski masyarakat kadang tak menghargai, tetap ada cahaya kecil di hati seorang guru: keyakinan bahwa apa yang ia lakukan adalah ibadah, adalah warisan abadi yang tidak akan pernah hilang.