Mohon tunggu...
Wijanto Hadipuro
Wijanto Hadipuro Mohon Tunggu... Peneliti dan penulis

Saya pensiunan tenaga pengajar yang senang menulis tentang apa saja. Tulisan saya tersebar di Facebook, blogspot.com, beberapa media masa dan tentunya di Kompasiana. Beberapa tulisan sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Simbol yang Menginspirasi Kasih

20 Mei 2025   11:00 Diperbarui: 20 Mei 2025   11:10 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Gambar Foto Sampul Teks Misa Gereja Katedral Semarang (Sumber Teks Misa 17-18 Mei 2025 Gereja Katedral Semarang)

Homili Romo Yosafat Dhani Puspantoro, Pr dalam misa tanggal 18 Mei 2025 di Gereja Katedral Semarang benar-benar sangat inspiratif. Beliau memulai homilinya dengan sebuah pernyataan tegas. Dengan mengutip Bacaan Injil Yohanes 13:31-33a.34-35, Romo Dhani mengatakan bahwa Sabda Tuhan untuk saling mengasihi merupakan satu PERINTAH. Bukan hanya anjuran atau ajakan. Perintah berarti harus dilaksanakan.

Mengasihinya pun bukan sekedar mengasihi, tetapi mengasihi seperti Yesus mengasihi kita. Ketika Yesus mengasihi kita, maka Yesus tahu, bahwa Ia harus siap untuk ditolak, siap menderita dan siap terluka. Meskipun demikian, Yesus tetap mengasihi umat-Nya.

Romo mengajak semua umat untuk memandang salib. Beliau bertanya berapa kali dalam satu hari kita memandang salib di rumah kita. Dalam salib, menurut Romo, ada banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Salib bisa menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk menyerap nilai-nilai yang ada di dalamnya, dan menerapkannya dalam hidup. Salah satunya tentunya adalah nilai-nilai untuk saling mengasihi.

Salib mampu membuat kita bertahan, bahwa penderitaan kita belum seberapa dibanding dengan penderitaan Yesus. Salib juga mengingatkan kita untuk peduli pada penderitaan sesama, seperti apa yang telah dialami Yesus. Yesus wafat di kayu salib, karena Yesus peduli pada umat-Nya. Salib juga membuat kita berani mengakui kebenaran, mengingatkan kita pada dosa-dosa kita. Salib mengandung inspirasi yang tidak pernah habis. Hiduplah dalam terang salib Tuhan agar kita mampu mencintai seperti Ia mencintai kita, demikian pesan Romo.

Refleksi Pribadi

Tentang salib, tentunya tidak ada perbedaan pandangan antar umat Kristiani. Perbedaannya hanya adanya corpus (patung tubuh Yesus yang sedang tersalib) untuk salib umat Katolik, dan tanpa corpus untuk salib beberapa umat Kristiani lainnya. Namun ada perbedaan pandangan antar umat Kristiani tentang keberadaan patung. Umat Katolik dan Gereja Katolik pada umumnya memasang patung Yesus, Bunda Maria dan juga patung orang yang dikuduskan lainnya di rumah atau dalam Gereja. Homili Romo Dhani mengingatkan saya tentang pernikahan saya dan pernak-perniknya terkait dengan agama saya dan istri saya.

Saya kebetulan menikah dengan latar belakang beda Gereja. Saya penganut agama Katolik, sementara istri saya semula adalah penganut agama Kristen Protestan yang beraliran Calvinis. Orang sering beranggapan, toh sama-sama Kristen, sama-sama pengikut Kristus, jadi tidak masalah menikah beda Gereja. Padahal tidaklah demikian adanya.

Secara teologis agama yang kami anut belum tentu sama, meskipun sama-sama pengikut Kristus. Salah satunya adalah tentang takdir dan kehendak bebas. Gereja aliran Calvinis mengajarkan apa yang disebut double predestination, yaitu bahwa Allah sejak awal sudah menentukan siapa yang akan diselamatkan atau masuk surga,  dan siapa yang tidak akan diselamatkan atau masuk neraka. Sementara Gereja Katolik mengajarkan tentang kehendak bebas manusia.

Dari sisi fisik bangunan juga berbeda. Pusat pada Gereja dari istri saya adalah mimbar. Sementara pusat di Gereja Katolik adalah altar untuk mempersembahkan kurban. Jika mau dilihat hanya dari sisi perbedaannya saja, maka mimbar dan altar merupakan simbol yang membedakan.

Meskipun demikian, saya tidak akan masuk ke dalam diskusi tentang aspek teologis seperti tersebut di atas yang rumit bagi saya. Saya akan berbagi tentang pesan pemuka agama dari pihak istri saya, ketika beliau mengetahui bahwa kami akan menikah secara Katolik. Beliau mengingatkan istri saya bahwa di Gereja Katolik ada banyak patung. Dan, nanti setelah pemberkatan nikah, menurut beliau, istri saya dan saya biasanya akan berdoa di hadapan patung Bunda Maria. Tidak semua penganut agama Kristen punya pandangan yang sama terhadap patung.

Nikah beda Gereja rumit juga ya? Saya pernah menuliskan kerumitan menikah beda Gereja dan beda etnis di kolom opini harian Jakarta Post tanggal 13 Juni 2006 (meskipun jejak digitalnya masih dapat dilacak di Google dengan kata kunci Being a Chinese-Indonesian Wijanto Hadipuro, tetapi full article-nya tidak dapat diunduh).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun