Kutuangkan puisiku di wadah pemikiranmu,
namun rangkaian diksiku berwarna keruh bagimu dan katamu itu racun yang tak boleh kau minum.
Hah!
Kususun aksara demi aksara agar menjadi rajutan indah untuk layak kau kenakan,
namun kau tak sudi memakainya
Beugh!
Kuseduh isi hatiku di dalam cawan pemahamanmu,
tapi semuanya kau tumpahkan ke udara.
Byar!
Kawan, kau seakan ingin menghancurkan ladang puisiku saja.
Satu persatu kau babat.
Tapi tak apa bagiku, karena akar puisi itu telah merambat ke lapisan diriku.
2021
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!