Mohon tunggu...
Widy Nur Amalia
Widy Nur Amalia Mohon Tunggu... Menulis untuk tumbuh, berbagi untuk hidup lebih bermakna.

Saya Widy Nur Amalia, penulis komunitas yang percaya bahwa kata-kata bisa menjadi ruang penyembuhan sekaligus penghubung. Topik yang saya angkat seputar self-growth, perjalanan anak muda, kesehatan, hingga refleksi sosial dari keseharian. Melalui Kompasiana, saya ingin membangun jejak tulisan yang bisa memberi dampak positif.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketika Hati Lelah Meski Tubuh Sehat: Refleksi tentang Kesehatan Mental

3 Oktober 2025   06:37 Diperbarui: 3 Oktober 2025   06:37 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Visualisasi hubungan antara kekuatan fisik dan kerentanan mental (Dokumen Pribadi)

Pernahkah kita merasa tubuh baik-baik saja, tapi hati seperti membawa beban yang tak kelihatan? Kita bangun pagi dengan lesu, pekerjaan yang biasanya ringan mendadak terasa berat, bahkan membereskan kamar pun rasanya butuh tenaga ekstra.

Sering kali kita menyalahkan kelelahan fisik. Padahal, ada hal lain yang ikut bermain diam-diam, kesehatan mental. Ia tak terlihat, tetapi dampaknya nyata mengarahkan cara kita berpikir, bertindak, dan merasakan hidup setiap hari.

Kesehatan Mental dalam Pola Hidup Sehari-hari

Kesehatan mental bukan hanya soal ada atau tidaknya gangguan psikologis. Ia adalah fondasi, seperti akar pohon yang tertanam di tanah tak kasat mata, tapi menopang seluruh kehidupan di atasnya.

Dalam dunia kerja, ia menentukan kejernihan pikiran, ide-ide yang lahir, sampai semangat yang kita bawa setiap hari. Pikiran yang tenang membuat kita lebih fokus, tapi saat pikiran dipenuhi tekanan, hal sederhana bisa terasa berat. Penelitian bahkan menunjukkan stres berkepanjangan bisa menurunkan produktivitas hingga berujung burnout, kelelahan total yang sering dianggap "biasa saja", padahal berbahaya.

Hal serupa juga terjadi dalam keseharian. Menyiapkan sarapan, menyapa tetangga, atau sekedar bangun pagi akan terasa ringan kalau hati tenang. Tapi saat beban pikiran menumpuk, rutinitas kecil pun bisa serasa mendaki gunung. Bukan karena malas, melainkan karena jiwa kita sedang lelah.

Dan tentu saja, kesehatan mental berpengaruh besar pada hubungan dengan orang lain. Saat batin kita stabil, kita lebih sabar, lebih mampu mendengar, dan lebih menghargai. Tapi kalau mental terguncang, hubungan bisa cepat retak. Kita mudah tersinggung, menarik diri, atau melampiaskan emosi tanpa sadar. Sering kali, bukan cinta yang kurang, melainkan luka dalam diri yang tak pernah kita rawat.

Refleksi Sosial dan Budaya

Sayangnya, di banyak lingkungan, kesehatan mental masih jadi hal tabu. Ada yang menasihati, "Kurang iman", "Kurang syukur", atau "Kuatkan saja hatimu." Kalimat sederhana ini kadang malah menutup ruang dialog.

Padahal, mengakui kita lelah secara mental bukanlah kelemahan itu keberanian. Sama seperti tubuh yang butuh istirahat saat sakit, jiwa pun perlu dirawat ketika letih. Kesadaran ini penting, supaya kita tidak lagi melihat kesehatan mental sebagai "urusan pribadi", melainkan bagian dari kesejahteraan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun