"Sekarang giliranku," bisik Bona.
Yayi terlonjak. Ia berbalik, matanya membelalak. "Kontrak nikah sudah habis, jangan coba-coba sentuh tubuhku!"
Bona mundur sambil mengangkat tangan. "Oke. Oke. Tapi... kapan aku bisa menggambarmu?"
Yayi menatapnya lama. Lalu, tanpa berkata apa-apa, ia melangkah ke jendela, menarik tirai sepenuhnya, membiarkan cahaya pagi membanjiri ruang itu. Ia berbalik, tersenyum tipis.
"Sekarang. Tapi mulai dari mataku. Karena di situlah kamu benar-benar akan melihatku."
Bona meraih kuas. Dunia pun diam. Di antara mereka, hanya ada kanvas, mata, dan sisa waktu yang tak lagi dibatasi kontrak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI