Oleh: Widodo, S.Pd
Di trotoar sempit yang membelah jantung kota Jakarta, dua kaki melangkah dari arah berlawanan. Satu mengenakan sepatu bot kulit dengan tumit tajam, satunya lagi bersandal lusuh bercat. Tak ada yang sadar langkah mereka dipandu lamunan.
Dug!
Tas selempang, kuas, dan tabung lukisan beterbangan, bercampur dengan bedak, lipstik, dan botol parfum yang menggelinding ke jalan. Dua tubuh terpelanting, satu mengaduh manja, satu lagi mengumpat pelan.
"Bisa lihat jalan nggak, Mas?!"
"Wah, saya yang harusnya nanya, Mbak! Ini trotoar, bukan catwalk!"
Wanita itu menegakkan tubuh, menyeka ujung celananya yang terkena noda warna. Rambutnya terurai sebahu, kacamata hitam jatuh ke bawah dagu, memperlihatkan mata tajamnya.
"Mas tahu saya siapa?"
"Kalau itu gigi saya yang copot gara-gara tabrakan ini, saya juga bisa terkenal, Mbak," sahut pria itu, sambil mengumpulkan kuas dan kertas-kertas sketsanya.
"Astaga! Make-up-ku!"