Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Horor

Gadis di Pertigaan Belantara

29 Mei 2025   00:03 Diperbarui: 29 Mei 2025   00:26 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Ilustrasi Gambar Pilihan ChatGPT

Gadis di Pertigaan Belantara

Oleh : Widodo, S.Pd.

Sore itu, langit menggantungkan awan kelabu seperti menyimpan rahasia. Aku baru saja dari toko alat tulis, membeli kertas folio, pulpen, dan materai untuk melamar pekerjaan. Hari-hariku sebagai sarjana baru berakhir dengan harapan akan masa depan yang lebih baik. Jarak dari toko ke rumahku hanya sekitar satu kilometer, melewati jalan sempit di tengah sawah dan belantara yang jarang dilewati orang saat petang menjelang.

Aku mengayuh sepeda ontel warisan ayahku dengan santai. Di tengah perjalanan, tepat sebelum pertigaan dekat rumahku, seorang gadis muda berdiri di pinggir jalan. Wajahnya cantik, tenang, dan sedikit pucat. Rambutnya panjang tergerai dan pakaiannya seperti dari zaman dulu---kebaya halus dengan kain batik. Ia meminta tolong.

"Mas, bolehkah aku menumpang? Aku takut pulang sendirian. Rumahku di kampung seberang, belok kanan di pertigaan sana," katanya pelan.

Aku sempat bingung. Rumahku tinggal sepuluh meter lagi ke kiri dari pertigaan itu, tapi entah kenapa ada rasa iba dan ingin menolong. Kami sama-sama bersepeda ontel. Aku berkata, "Tunggu sebentar ya, aku mau ambil motor dulu ke rumah. Biar aku bisa antar kamu sambil bawa lampu."

Namun gadis itu menggeleng dengan keras. "Tidak usah, ayo sekarang saja."

Aku bersikeras, dan akhirnya ia mengangguk pelan. Aku segera mengayuh sepeda secepat mungkin pulang, lalu mengambil motorku. Tak lebih dari lima menit aku kembali ke pertigaan tempat gadis itu menunggu. Tapi dia tak ada. Sepi. Tidak ada jejak, tidak ada suara, tidak ada siluet pun di kejauhan. Seharusnya jika ia bersepeda, belum jauh. Aku nyalakan lampu motor dan susuri jalan ke arah kampung seberang.

Namun tak ada seorang pun di jalan itu.

Keanehan belum selesai. Tepat saat aku melintas di tepi pemakaman tua di pinggir jalan, ban motorku tiba-tiba kempes. Suaranya pelan, tapi jelas. Ssssssshhh... Seolah ditusuk dari dalam. Aku berhenti. Gelap dan sunyi. Tidak ada rumah di sekitar. Hanya angin yang menggoyang dedaunan dan rasa merinding yang menyusup ke kulitku.

Aku buru-buru kembali pulang menuntun motor. Sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Pikiranku terus memutar kejadian tadi. Siapa gadis itu? Kenapa dia menghilang? Dan kenapa ban motorku kempes tepat di depan kuburan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun