Mohon tunggu...
Widz Stoops
Widz Stoops Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Smile! It increases your face value.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenangan Kelam Mountain Meadows

26 Januari 2023   19:00 Diperbarui: 26 Januari 2023   19:02 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mountain Meadows. Sumber : Wikimedia Commons

September 1857. Kereta wagon milik rombongan Baker-Fancher  melakukan perjalanan dari Arkansas ke California dan berhenti di Salt Lake City, negara bagian Utah, Amerika untuk membeli kebutuhan perbekalan. Sayangnya kedatangan mereka ditolak oleh orang-orang Mormon *) yang bermukim di sana.

Orang-orang Mormon saat itu  disarankan untuk menimbun gandum dan semua perbekalan,  berjaga-jaga jika terjadi perang dengan pemerintah federal, yang pada saat itu sedang dalam proses mengirimkan 1.500 tentaranya ke Salt Lake, Utah. Mengantisipasi adanya "Perang Utah", orang-orang Mormon juga disarankan untuk menyiapkan senjata api, dan penyiagaan milisi.

Karena ditolak, kereta wagon Baker-Fancher kembali melanjutkan perjalanannya dan berhenti di Cedar City dengan harapan kali ini mereka dapat  mengisi kebutuhan perbekalan. Lagi-lagi mereka tidak disambut dengan baik di sana, malah ditawarkan harga yang sangat tinggi dan tidak masuk akal. Bayangkan,  seorang pedagang meminta seluruh sapi yang dimiliki rombongan itu hanya untuk menggiling beberapa kantong gandum.

Ketegangan pun memuncak dan anggota rombongan Baker-Fancher bertukar sumpah-serapah dengan warga setempat. Seorang dari rombongan bahkan mengancam akan bergabung dengan pasukan federal untuk menghancurkan mereka tetapi dengan cepat ditegur oleh pemimpin rombongan, Alexander Fancher.

Kereta wagon kemudian melanjutkan perjalanannya lagi ke Mountain Meadows, di mana mereka berhenti untuk bermalam. Sementara itu, di Cedar City persitegangan yang terjadi dengan rombongan Baker-Fancher membuat para pemimpin di sana ketar-ketir (termasuk Walikota Isaac Haight) dan meminta bantuan milisi. Namun, Pemimpin milisi distrik, William Dame, menolak.

Para pemimpin Cedar City tidak berhenti di situ. Mereka memutuskan meminta bantuan suku Indian Paiute setempat, yang awalnya ragu-ragu, namun akhirnya setuju untuk menakut-nakuti rombongan Baker-Fancher dengan membunuh beberapa pemimpinnya dan mencuri beberapa ternak. Tidak seperti pemimpin milisi distrik, pemimpin milisi Fort Harmony, John D. Lee malah setuju untuk berpartisipasi.

Tujuh September 1857. Lee dan beberapa suku Indian Paiute menyerang rombongan tersebut, membunuh beberapa orang. Diikuti beberapa serangan menyusul selama beberapa hari berikutnya. Pada tanggal 11 September, Lee dan Paiute kembali lagi. Kali ini dengan membawa 50-60 anggota milisi. Terjadilah pembantaian yang  benar-benar mengerikan.

Isaac Haight mendekati rombongan dengan bendera putih, berpura-pura seolah ia datang membawa misi kedamaian dan membuat rombongan setuju untuk meninggalkan senjata dan harta benda mereka. Sebagai imbalannya, milisi akan membantu mereka kembali ke Cedar City, di mana yang terluka dapat dirawat dan sisanya (yang saat itu menderita kelaparan dan kehausan) dapat diberi makan.

Anak-anak kecil dan mereka yang terluka ditempatkan dalam dua gerbong, diikuti oleh perempuan, laki-laki dan anak remaja berjalan kaki di belakangnya. Setelah menempuh jarak sekitar satu mil, prajurit malah berbalik dan menembaki mereka. Milisi yang berada paling depan membunuh yang terluka, dan Suku Indian Paiutes menyerang wanita dan lainnya.

Selama penyerangan, antara 120 dan 140 pria, wanita, dan anak-anak dibantai. Milisi Mormon berkelit, menyalahkan suku Indian Paiute atas pembantaian tersebut. Mereka menguburkan mayat-mayat di lubang dangkal secara massal dan lubang itu kemudian digali, mayat-mayatnya diseret keluar, disantap coyote serta hewan liar lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun