Mohon tunggu...
Widz Stoops
Widz Stoops Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Smile! It increases your face value.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepenggal Dusta Penghias Kebaikan Kecil

17 Februari 2020   13:00 Diperbarui: 21 Agustus 2021   19:32 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber website 123RF.com


Sore menunjukkan pukul empat lewat ketika aku keluar dari kantor dan mulai gerimis. Kakiku tak berhenti terus melangkah karena harus menyeberang jalan menuju tempat pemberhentian bus.
 
Beberapa menit kemudian, hujan turun lebih deras. Semakin kupercepat langkah seraya meletakkan amplop coklat di atas kepala, dengan maksud melindunginya  dari hujan. Lucu, padahal kalau dipikir-pikir tidak ada gunanya toh sekujur badan akan basah, bahkan sebelum aku sampai di tujuan !

Kemudian butiran-butiran air yang turun menjadi lebih besar, ketika tiba-tiba seseorang menegur dari belakang..

“Mbaak," serunya dan memberi isyarat untuk membagikan payungnya kepadaku.

“Terima kasih,” jawabku dan terdiam selama beberapa detik, terkejut oleh tindakan kebaikan dari seseorang yang sama sekali tak kukenal.

“ Aku Rahmat, nama mbak siapa?” tanyanya sesaat setelah seluruh tubuhku sudah berada di bawah payungnya.

Hatiku berkecamuk. Jangan-jangan tawaran payung ini cuma sekedar modus belaka. Ah basi! Aku belum lama mengakhiri hubungan dengan Jojo, masih malas  rasanya menjalin hubungan baru! Walau itu sekedar hubungan pertemanan.

“Namaku Rahmat, mbaknya siapa?” ulangnya, mungkin khawatir aku tidak mendengar karena suara hujan yang semakin deras.

Sementara otak masih terus berputar. Haruskah aku kasih tahu namaku yang sebenarnya kepada seseorang yang baru saja aku kenal?

“Suri! jawabku singkat.

“Mbak Suri mau ke tempat pemberhentian bus di depan situ kan? tanyanya.

“Iya” jawabku sambil berharap dia tidak akan menanyakan kemana arah tujuanku selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun