Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menernak Kebaikan

23 Maret 2024   06:28 Diperbarui: 23 Maret 2024   06:30 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menernak Kebaikan (sumber : pribadi, bing.com) 

Sewaktu  masih di SD, sempat dikumpulkan oleh orangtua. Semua anak-anaknya, dikumpulkan di ruang tengah untuk sekedar ditanya rencana hidup. Usia kita waktu itu adalah 10 tahunan, dan baru duduk di kelas IV SD. Salah satunya, saya pun hadir waktu itu. Ayah bertanya, "apakah kamu mau melanjutkan sekolah ?" mendengar pertanyaan itu, sudah tentu ku jawab, "Ya.". Melihat antusiasmenya, anak-anak melanjutkan sekolah, Ayah melanjutkan penjelasannya, "kalau begitu, setiap anak Ayah harus mau memelihara domba. Di kandang sudah ada domba jantan, tinggal pilih, kemudian ambil satu dan pelihara. Nanti kalau sudah 3 tahun, silahkan kamu jual untuk biaya sekolah." Katanya. Bagi kami semua, menggembala kambing bukan sesuatu yang aneh. Karena anak-anak di desa ini, pada umumnya adalah penggembala kambing. Keluargaku pun memiliki sejumlah kambing, baik yang dipelihara di rumah maupun dititipkan ke orang lain.

Kambing yang dipelihara rumah tidak banyak, Cuma ada 3 ekor. Satu ekor milikku, satu ekor lagi milik adikku, dan yang satunya lagi dianggap milik bersama. Tugas kami, adalaha merawat dan memelihara kambing-kambing yang diklaim sebagai milik masing-masing, dan juga merawat kambing milik bersama. Kambing milik masing-masing menjadi hak masing-masing anak, dan kelak kemudian hari dapat dijual untuk modal sekolah ke SMP. Kejadian itu, terjadi sekitar tahun 1980-an.

Hal yang berbeda, dilakukan Ayahku kepada orang lain. Mereka yang dipercaya keluarga, diberi amanah untuk memelihara sepasang domba. Perjanjiannya adalah jika domba itu beranak, maka rumusannya yaitu 2:1, jika lahir 2 anak domba, hak si pemelihara 1 (satu) ekor, milik keluargaku 1 ekor, jika hanya 1 ekor yang lahir, maka pada domba tersebut ada hak si pemelihara. Kelak kalau dijual, hasil penjualannya dibagi dua.

Setelah tiga tahun berjalan, dan biasanya kami berkunjung ke tempat orang yang diberi amanah domba itu adalah pada hari lebaran (idul fitri). Kita merasa senang, karena di sana sudah ada sekitar 6 ekor domba. Artinya di sana, sudah ada 4 ekor domba milik kami, dan satu ekornya dibagi dua dengan pemelihara domba tersebut. Sementara dia punya 1,5 ekor domba.

Kejadian ini tidak aneh, dan tidak mengundang Tanya. Bagiku saat itu, wajar. Karena saya masih anak SD, dan tidak mungkin kalau harus memelihara banyak domba sendirian. Jadi dengan satu ekor pun cukup. Bahkan sangat melelahkan. Karena mencari makan domba hanya bisa dilakukan selepas sekolah sampai pukul 5 sore. Kegiatan rutin seperti itu sangat melelahkan. Tetapi, saya beruntung karena pada tahun pendaftaran ke SMP, domba itu sudah bisa membantu keluargaku membiayai pendidikan ke SMP. Maka, sayapun disebut oleh Ayah, sebagai siswa yang diberi biaya dari domba. Ya, lumayan.

 Pengalaman ini, menarik untuk direnungkan. Khususnya terkait dengan kegiatan ibadah kita di bulan suci ramadhan, dan atau sebagai seorang muslim. jika, kita berada pada posisi yang dialami seperti hidupku di waktu SD, maka kendati sudah 10 tahun pun, domba ku tetap tidak berubah jumlahnya. Hanya 1 ekor. Sedangkan bila mengembangkan pola yang dilakukan Ayah kepada pemelihara domba, dalam waktu yang bersamaan, domba itu sudah berkembang biak sangat cepat. Itulah yang biasa dikenal dengan istilah beternak. Itulah ternak domba.

Bila dikaitkan dengan ibadah seorang muslim, dan atau ibadah di bulan suci ramadhan, mungkinkan kita dapat melakukan ternak pahala atau beternak ganjaran ? inilah pertanyaan kita, dan itulah yang harus dijadikan perhatian kita saat ini.

Sekali lagi, bila diperhatikan dengan baik, dalam ajaran Islam ada peluang kita beternak pahala. Ada kesempatan bagi kita untuk melipatgandakan ganjaran dari Allah Swt. Sekali menanam saham peribadahan, pada yaumil akhir kita akan mendapatkan pahala yang melimpah atas amalan yang kita lakukan sebelumnya. Pada kesempatan ini, akan kita sebutkan 5 cara beternak pahala.

Pertama, beternak pahala dengan cara mengembangkan amar ma'ruf nahyi munkar. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, barangsiapa mengajak orang lain berbuat baik, maka dia akan mendapatkan pahala sebanyak orang yang mengikutinya. Dan jika tidak ada yang mengikutinya, maka dia telah mendapatkan pahala dari dakwahnya mengajak amal kebaikan. Ini adalah prinsip ternak pahala. Sekali berbuat, yaitu mengajak kebaikan, amal kebaikan mengajak kebaikan itu akan terus berlipat ganda sebanyak orang yang mengikuti ajakan kita.

Alangkah indahnya, bila kejadian ini dapat kita wujudkan. Satu kali mengajak kebaikan, kemudian ada 10 orang yang mengikuti ajakan kita. Dan hebatnya lagi, dari 10 orang yang mengikuti itu, kemudian mereka pun mendakwahkannya  kembali. Akhirnya berbondong-bondonglah umat Islam mengikuti amalan yang kita dakwahkan sebelumnya.  Jika dalam bisnis ada yang disebut dengan multilevel marketing, dalam kejadian ini kita sebut multilevel pahala, atau pahala yang terus berlipat dan bertingkat.

Kedua, memberikan ta'jil di bulan puasa. sebagaimana yang kita  maklum bersama, Rasulullah Muhammad Saw bersabda, barangsiapa memberikan makanan untuk ta'jil kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala sebanyak orang berpuasa itu, dengan tidak mengurangi nilai pahala dari orang yang berpuasanya. Hadis ini  merupakan contoh lain dari  beternak pahala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun