Asal usul yoga di spekulasi berasal dari tradisi India pra-Veda; ini disebutkan dalam Rigveda, tetapi kemungkinan besar berkembang sekitar abad keenam dan kelima SM, dalam gerakan asketis dan ramaa India kuno. Namun masyarakat pada umumnya mengenal Yoga sebagai aktivitas latihan postur (Asana) yang merupakan bagian dari Hatta Yoga. Selain digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif, Yoga biasanya dilakukan dengan latihan pernapasan, olah tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan dipraktikkan selama lebih dari 5000 tahun.
Banyak penelitian yang telah di coba untuk menentukan efektivitas yoga modern sebagai intervensi pelengkap untuk kanker, skizofrenia, asma dan penyakit jantung. Namun hasil dari penelitian ini sangatlah beragam dan tidak meyakinkan. Pada 1 Desember 2016, yoga terdaftar oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak berwujud.
Sayangnya kini banyak orang mulai salah kaprah akan yoga itu sendiri. Yoga sering digunakan sebagai ajang 'pamer', seperti berlomba-lomba memiliki yoga-mat atau 'outfit' yoga yang trendy dengan harga mahal. Atau berlomba-lomba melakukan 'pose' yoga yang extreme dan berbahaya hanya untuk terlihat cool di pajang di sosial media atau bahasa kerennya 'instragam worthy'.
Rebecca Leigh, 40, menderita kehilangan ingatan yang parah, sakit kepala, dan rasa sakit di leher dan wajahnya sejak dia melakukan yoga filming dan photo session, saat itu dia mencoba melakukan handback hollowback di rumahnya di Gambrills, 23 mil timur laut Washington, pada 8 Oktober 2017.
Leigh awalnya mengira kehilangan penglihatan dan kontrol di lengan kirinya sebagai akibat disk yang terkilir di lehernya, karena dia pernah mengalami kejadian serupa saat berusia 20-an.
Hanya dua hari kemudian ketika Leigh menyadari ukuran pupil matanya berbeda, dia menyadari mungkin ada sesuatu yang "sangat, sangat tidak beres."
Suaminya Kevin, 45, kemudian segera membawanya ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat di mana wanita itu melakukan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dan hasilnya membuktikan kalau Leigh ternyata menderita stroke.
Dokter di unit perawatan intensif neurologis menghabiskan waktu selama lima hari mencoba menganalisa bagaimana Leigh bisa mengalami stroke padahal dia rutin berolahraga, makan sehat, dan tidak merokok.
Setelah semua pemeriksaan darah, ultrasound, MRI, dan CT scan, akhirnya pemeriksaan CTA lah yang memberikan semua jawaban.
Dokter memberi tahu Leigh arteri karotis kanannya, satu dari empat yang berfungsi untuk mengirimkan darah esensial ke otak, telah robek saat melakukan handstand.
Kerusakan inilah yang menyebabkan penggumpalan darah di otaknya dan menyebabkan stroke, juga menyebabkan aneurisma kecil yang menggembung. Selama enam minggu Leigh menderita sakit kepala terus-menerus, kesulitan bangun dari tempat tidur, dan sakit di matanya ketika dia berada di lingkungan yang terang. Dia juga kehilangan 10kg berat badannya.
Rasa sakit yang disebabkan mata Leigh sangat menyiksa. Rumahnya yang biasanya cerah dan dipenuhi sinar matahari harus gelap selama beberapa bulan pertama. Stroke itu menyebabkan sakit kepala yang sangat hebat, kerusakan saraf membuatnya tidak dapat menahan atau menghadapi segala jenis cahaya.
Dia juga terus-menerus mendengar suara "mendesis" di telinga kanannya selama tiga bulan, yang merupakan suara darah yang mencoba menembus arteri ke otaknya.
Hanya sebulan setelah mengalami stroke, ia melompat kembali ke matras yoga dan memutuskan sudah waktunya untuk berlatih gerakan yang tidak terlalu menuntut secara fisik.
Leigh hanya duduk di atas mat nya dalam pose lotus dan mendengarkan napasnya . Perlahan-lahan mengarah kembali ke peregangan sederhana dan pose yang terasa paling aman baginya.
Setelah enam bulan, dokter Leigh memastikan arteri karotisnya benar-benar sembuh.
Leigh tahu kalau dia tidak akan pernah 100% kembali pada kondisinya semula sebelum mengalami stroke. Leigh yakin sudah kembali sekitar 75 persen ke kondisinya sebelum stroke. Fakta bahwa dia sudah dapat menyentuh jari kakinya sudah cukup untuk membuatnya tersenyum.
Dia tidak dapat berbicara selama lebih dari beberapa menit dan merasakan "sensasi menggelitik" yang konstan antara siku dan tangannya yang hampir seperti gelombang listrik yang bergerak maju dan mundur.
Leigh mengatakan sangat sulit untuk pulih dari sesuatu yang begitu menyeramkan yang muncul secara tiba-tiba entah dari mana, selama ini dia berpikir telah melakukan semuanya dengan benar tapi kemudian ketika sesuatu seperti ini terjadi, sulit baginya untuk tidak berpikir bahwa itu bisa terjadi lagi.
Leigh yang mempunyai lebih dari 30 ribu follower di sosial media mencurahkan sebagian waktunya untuk berbagi cerita kepada seluruh penggemar yoga hardcore lainnya agar berhati-hati dalam melakukan gerakan-gerakan ekstreme dan apabila merasakan sesuatu yang ganjil pada diri kita, janganlah menunda-nunda tapi segeralah memeriksakan diri ke dokter profesional.
Semoga artikel dan cerita pengalaman Rebecca Leigh ini bermanfaat bagi para Kompasianers dan pencinta Yoga. Yoga akan sangat bermanfaat apabila dilakukan seyogyanya, dalam artian janganlah kita melakukan yoga hanya karena tuntutan mainstream lalu kemudian lupa untuk berhati-hati dan memaksakan diri melakukan gerakan atau pose yang sulit dan unik, semata-mata hanya untuk 'pamer' di media sosial tanpa menghiraukan dampak negative dari gerakan tersebut terhadap tubuh kita. Salam sehat!