Guru Bimbingan Konseling, populer dikenal dengan sebutan guru BK,  seiring dengan perkembangan terus berubah baik sisi jenis layanan, azas,  fungsi maupun tujuan.  Dahulu guru BK sering disebut dengan istilah guru BP singkatan dari guru  Bimbingan  Penyuluhan.  Kemudian pernah pula populer dengan sebutan guru GC,  kepanjangan dari Guidance and  Counseling. Â
Perubahan guru  BP menjadi guru BK berkonotasi bahwa guru BK bukan lagi penyuluh. Bukan lagi guru yang bertugas memberi nasehat semata,  melainkan jauh lebih mendalam karena guru BK adalah guru yang menjalankan keilmuan konseling.  Bukan sekedar guru yang bertugas memberi penyuluhan yang cenderung informatip preventif. Â
Esensi guru BK memberikan layanan bukan memberikan pelajaran. Layanan yang muaranya untuk mengembangkan siswanya agar mampu memahami dirinya mengenal lingkungannya serta mampu merencanakan masa depannya.Â
Guru BK Bukan  Polisi
Dilapangan,  kendala guru  BK adalah stigma bahwa hadirnya guru BK adalah untuk menyelesaikan masalah - masalah kedisiplinan dan tata tertib.  Guru BK ditempatkan sebagai pengawal dan penjaga tata tertib sekolah.  Pandangan dan pemahaman seperti ini membawa dampak terhadap guru yang pada akhirnya cenderung berperan sebagai penasehat,  penceramah disiplin,  dan bahkan kadang berperan sebagai hakim yang mengadili siswa tatkala melakukan pelanggaran.Â
Stigma guru BK seperti ini begitu merata bukan saja pada guru BK itu sendiri, Â tetapi juga menjadi pemahaman guru lain bahkan tidak sedikit kepala sekolah yang tidak paham betul apa sesungguhnya tupoksi guru BK.Â
Kondisi seperti ini membuahkan hasil kinerja guru BK menjadi tidak jelas dan bahkan  berlawanan dengan esensi profesi guru bimbingan konseling yang khas dan jelas. Â
Guru BK di sekolah sering terjebak pada kondisi yang hanya berfungsi pemukul pelanggaran yang dilakukan siswa. Â Padahal sesungguhnya guru BK menduduki posisi terdepan dalam mendorong siswa untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki melalui berbagai layanan bimbingan yang diverikan. Â
Namun demikian stigma yang kurang menguntungkan pada guru BK akan berubah dengan sendirinya mana kala guru BK bersikukuh dan on the track dengan tupoksinya. Â (widiadmojo, guru BK di SMP N 1 Pejagoan Kebumen).Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI