Mohon tunggu...
Widadi Muslim
Widadi Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang energik, atraktif dan murah senyum. Motivator dan penulis buku kependidikan. Juara kedua kompetisi edukasi Anlene Hidup Penuh Makna. Saat ini mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dialog Ustadz Vs Pedagang

28 Februari 2023   08:14 Diperbarui: 28 Februari 2023   08:26 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual sari tebu murni. (Foto: Widadi)

Ahad menjelang waktu Asyar terdengar pengumuman dari Masjid Nurul Hasanah, Renijaya, Pondok Benda, Pamulang. Pak Bambang yang baru beberapa hari pulang umroh dikabarkan meninggal dunia. Saya bergegas ta'ziyah ke rumahnya. Ternyata benar adanya.

Tampak beberapa motor parkir di sepanjang Gang Macan. Empat mobil menutupi sebagian motor dari arah pintu masuk gang. Beberapa remaja putra dan orang tua memasang tenda. Ibu-ibu berdatangan memasuki rumah duka. Mereka ingin melihat dan mendoakan jenazah. Saya berada di antara kerumunan itu. Setelah melihat dan mendoakan  jenazah saya berbincang dengan beberapa orang di emperan rumah. Di situ juga ada Pak Tedjo.

"Ustadz, tadi malam almarhum masih tampak segar." Kata Pak Tejo

"Lha tadi pagi barusan ngobrol dengan saya." Kata teman lainnya

Di pintu gang saya berpapasan dengan Ustadz Ibrahim.

"Assalamu'alaikum ustadz Ibrahim."

"Wa'alaikumusalam." Jawabnya

"Jenazah mau dikuburkan sekarang atau besuk?"

"Besuk Ustadz."

"Kalau begitu saya ijin pulang duluan ya?"

"Iya Ustadz."

Saya menuju parkiran sepeda motor kemudian pulang ke rumah. Sesampai di mulut Gang Bali III, depan Musholla Nurul Muhajirin yang berdekatan dengan Pos Keamanan RT 09/RW 06 saya mampir membeli sari tebu murni.

"Dik Roni saya pesan sari tebunya ya."

"Iya Ustadz, berapa gelas?"

"Satu gelas saja."

"Pakai es nggak Ustadz?"

"Boleh, sedikit saja."

Saya menunggu Roni, penjual sari tebu murni yang sedang menggiling tebu. Roni memang biasa mangkal di depan Jl. Bali III RT09/RW 06 Kompleks Perumahan Renijaya, Pondok Benda. Motor saya parkir di selatan Pos Keamanan RT 09/RW06 tersebut

"Ini Ustadz es sari tebunya."

"Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulilah luar biasa segarnya."

"Mau nambah Ustadz."

"Enggak ah, sudah cukup. Ini tanpa campuran pemanis ya Dik?"

"Lha Ustadz kan lihat sendiri barusan saya menggilingnya."

"Oh iya, nggak ngeh saya."

"Berapaan satu gelasnya Dik?"

"Hanya lima ribu rupiah saja, murah dan berkhasiat Ustadz."

"Dijamin murni ya Dik."

"Dijamin murni Ustadz."

"Kalau begitu tambah 4 lagi, dibungkus ya."

"Siap Ustadz."

"Ngomong-ngomong apa saja khasiatnya ?"

"Bisa meningkatkan energi, melancarkan peredaran darah, dan menangkal radikal bebas Ustadz."

"Wah bagus itu cocok untuk saya, masih ada lagi khasiatnya?" "Ada Ustadz, memelihara kesehatan hati, memelihara ginjal, mengurangi resiko kanker, menjaga kepadatan tulang, menurunkan kolesterol, dan mengendalikan tekanan darah."

"Subhanallah, demikan mengagumkan Allah menciptakan tebu."

"Ustadz tau nggak filosofi bunga tebu?"

"Nggak tuh."

"Kata Embah saya di kampung bunga tebu itu namanya glagah dan mudah patah, Ustadz."

"Lha kalau itu mah ane juga tau."

"Bukan nama bunganya Ustadz tapi filosofinya."

"Emang apaan sih."

"Bunga tebu itu kalau tertiup angin dari utara ia akan berayun ke selatan, begitu sebaliknya. Jika tertiup angin dari timur ia berayun ke barat, begitu sebaliknya. Lha kalau tiba-tiba bertiup angin ribut apa yang terjadi Ustadz?"

"Ya pastinya patah."

"Betul Ustadz."

"Makanya kata Embah saya, kita tidak boleh mempunyai sifat seperti bunga tebu yang mudah patah semangat, mudah menyerah."

"Oh pantesan tiap hari kamu istiqomah jualan di gang ini."

"Iya Ustadz, mau gerimis kek, hujan  deres kek, petir menyambar-nyambar kek saya nggak peduli tetap jualan di sini."

"Oh begitu ya."

"Ngomong-ngomong Ustadz dari mana sih?"

"Ta'ziyah di rumah Almarhum Pak Bambang."

"Oh iya, tadi saya juga dengar pengumumannya."

"Kamu kok nggak ta'ziyah."

"Belum ada yang gantiin dagang Ustadz."

"Iya benar juga."

"Emang benar Ustadz semua orang hidup nantinya akan mati."

"Lha iyalah, masak mau hidup terus. Di dalam surah Al Anbiya ayat 35 Allah berfirman yang artinya, tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."

"Gini Ustadz, misalnya nih ada orang yang super kaya terus menjelang kematiaanya ia bersembunyi di tempat persembunyiaan yang berlapis-lapis tembok, gimana ustadz?"

"Iya tetap mati nih dengerin, sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata lalu Dia beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

"Katanya hidup ini sebagai ujian ya Ustadz?"

"Bukan hanya hidup, mati juga sebagai ujian."

"Lha kok bisa."

"Dengerin nih, Dia (Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

"Terus nanti semua orang yang mati sejak jaman Nabi Adam akan dihidupkan kembali emang begitu ya Ustadz?"

"Iya, memang begitu."

"Emang kita nggak bisa minta ditunda kematian kita barang satu atau dua hari saja Ustadz?"

"Ya enggak bisalah, coba simak baik baik, tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) memajukannya."

"Ustadz bagaimana malaikat tidak salah

ketika mencabut nyawa seseorang?"

"Di dalam surah As Sajadah ayat 11 Allah berfirman yang artinya, "Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawamu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan."

"Ustadz kedatangan malaikat maut itu bisa kita duga nggak sih?"

"Di dalam surah Qaf ayat 19 Allah berfirman yang artinya, Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah perkara yang kamu selalu lari daripadanya." Berdasarkan ayat ini kedatangan malaikat maut untuk mencabut nyawa seseorang tidak bisa diduga.

"Di dunia ini kan banyak orang yang mengaku sakti, bisa nggak orang sakti ini mempertahankan rohnya ketika akan dicabut oleh malaikat maut?"

"Tak seorangpun bisa biarkan ia sakti mandraguna, perhatikan arti ayat 83-87 pada

surah Al Waqiah berikut, "Maka  kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan, dan kamu  ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikannya (nyawa itu) jika kamu orang yang benar?"

"Wah tak terasa udah terdengar adzan tuh Ustadz."

"Alhamdulillah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun