Rentetan tembakan senapan mesin, mencabut nyawa satu persatu... Ledakan dan sepihan peluru, merobek daging dan meremuk tulang
Disambut keluarga dengan tangan melambai.Mereka pun tertawa menyambutmu gembira, Tak pernah tahu jika kau telah bertaruh nyawa.
Pada saat bulan sepuluh, sebelas, dan dua belas nanti, aku punya banyak nyawa yang ku rantai di atas kepala.
Bencana datang menerjang. Bumi Cianjur bergetar kencang
Ada yang aneh dari susunan barisanMereka hanya berdiri rapat-rapih mengangkat tangan
Puisi 10 November, saya hanya pemuda cuman bisa puisi
Jatuh cinta bukan pada pandangan saja, tapi juga kebiasaannya.
Itaewon, Kanjuruhan, keduanya bulan ini jadi sorotan tragedi sosial kemanusiaan.
Terus berjuang selaksa pejuang yang merebut tanah-tanah untuk merdeka, Supaya hati dan jiwaku merdeka
Did alamnya, ada sekelibat nyawa orang namun bibir mungilnya tiada bisa berbisik apalagi bermuara isak tangis mengusik.
Siapa menabur badai, ia menuai badai
Kanjuruhan ..Protes kecil Arema Malang ditanggapi berlebihanSemburan gas air mata terus menerus disemburkanMelebihi takaran dan ambang batas kewajaran
Karena bisnis ya bisnis bola namun hargai juga etika juga nyawa penonton itu yang paling utama.
Sepakbola Indonesia mengalami duka yang mengglobal, bagaimana Islam mengatur kebanggaan yang bersifat relatif tiap individu?
Takut terjadi kerusuhan massal Polisi tembakan gas air mata Penonton dari 2 klub yang main panik dan berlarian cari pintu dimana? Masih dihembok se
Pilihan live streaming dan layar lebar adalah pilihan yang paling aman di tengah krisis kebencian suporter kita.
Terpukul sekali rasanya kawan. Tak seirama dengan maut yang bernyanyi di Kanjuruhan.
Peristiwa meninggalnya penonton pertandingan sepak bola antara Arema FC dengan Persebaya Surabaya menjadi sorotan dunia dan menjadi kelamnya Indonesia
Kerusuhan sepakbola sering menelan korban, sementara kita tidak pernah tahu apa akar persoalan
Puisi atas keprihatinan dan bela sungkawa atas tragedi yang mengakibatkan meninggalnya para korban kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, 1 Oktober.