Mohon tunggu...
Weny Rachma
Weny Rachma Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Yogyakarta

Sebuah pengetahuan akan pudar jika tak kau tuangkan dalam tulisan. Maka, menulislah sampai kau tiada tulisan tetap merdeka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenali Aku

8 September 2019   07:00 Diperbarui: 8 September 2019   07:08 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Beberapa bulan lalu.. aku mengalami kesedihan sampai berhari-hari. Bahkan orangtuaku bingung mengahadapi aku. Sebenarnya aku hanya merasa dihantui dosa atas segala perbuatanku dengan Ferdian. Memang aku tidak berbuat zina Zah, tapi aku sering bertemu dengannya, bertatap muka, ataupun hanya sekededar berjabat tangan seraya mencium tangannya. Sebagai anak pesantren aku malu Zah, aku sudah enam tahun di pesantren tapi masih saja perbuatan keji aku lakukan" jelas Syifa. Air mtanya menetes pelan.

"Syifa, dengarkan aku. Aku tau pacaran itu dosa, bahkan berpandangan juga dosa kecil. Tapi, di sisi lain kamu tidak melakukan hal yang keji. Sekarang lihatlah remaja di sekitarmu, mereka enjoy saja bergandengan tangan, dan melakukan hal yang tidak lazim. Sedangkan kau berbeda dengan mereka. Lalu apa yang perlu kau fikirkan lagi?"

"Kamu benar Zah, tapi aku ingin fokus dengan hafalanku. Aku sudah mencoba menjelaskan Ferdian, dia tetap saja tidak bisa melepaskanku"

"Sekarang kau fikirkan baik-baik. Semoga keputusanmu akan membawamu menjadi lebih baik. Aku bangga mempunyai teman sepertimu, sekarang jangan sedih ya Fa. Kita wudhu yuk, adzan magrib sudah berkumandang.

Jam menunjukan pukul 20.05 WIB, Syifa merebahkan badannya di atas kasur. Malam ini ia memilih untuk mengistirahatkan fikirannya sejenak. Toh, tadi siang Syifa sudah punya setoran buat nanti pagi. Tangannya lihai dalam mengetik. 

Dengan cepat ia membalas chat dari Ferdian. Lagi-lagi hatinya merasa terguncang. Mungkin ini waktu yang tepat untuk kujelaskan semuanya. Bukan dijelaskan melalui chat, mungkin menelepon lebih baik dan lebih jelas. 

"Tegarkan hatiku ya Robb, aku hanya ingin berada di jalanmu, menjahui segala laranganmu. Jadikan keputusanku ini menjadi awal jalan taubatku" guamamnya dalam hati menjadikan percakapan sendiri.

Sambungan telephone terhubung. Terdengar dari seberang nan jauh Ferdian menjawab "Hallo Sayang".
"Walaikumsalam, aku ingin bicara penting mengenai hubungan kita. Aku minta maaf atas semua perbuatanku, dan terimakasih atas semua perjuanganmu untukku. Maaf, aku benar tidak bisa melanjutkan hubungan kita bukan karena aku tidak mencintaimu lagi ataupun ada orang lain. Tapi, aku benar-benar ingin merubah diriku. Aku berjanji akan tetap sendiri sampai aku menjadi sarjana dan sampai aku khatam Alqur'an, jika kau masih bersedia menungguku temui aku kembali, bawa aku dalam ikatan yang sah" jelas Syifa tanpa basa-basi. 

Sesekali air matanya menetes, ia tak bermaksud untuk menyakiti Ferdian. Hanya saja keputusan Syifa menghindar dari hal yang dibenci Allah.

"Aku tak tau harus menjawab apa mendengar keputusan konyolmu. Hanya saja hatiku kali ini lebih merasa hancur dari sebelumnya. Aku tak mempunyai kuasa untuk melarang keputusanmu" jawab Ferdian lirih. Iya terdiam dalam isaknya.

"Percayalah sama aku.. jika memang ditakdirkan untuk bersama. Kau akan menjadi imanku kelak" sahut Syifa pelan. Ferdian mematikan telepon dengan tiba-tiba, kali ini Syifa lebih merasa bersalah. Ia ingin menghubunginya ulang, nomor Ferdian sudah tidak aktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun