Mohon tunggu...
Weny Rachma
Weny Rachma Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Yogyakarta

Sebuah pengetahuan akan pudar jika tak kau tuangkan dalam tulisan. Maka, menulislah sampai kau tiada tulisan tetap merdeka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenali Aku

8 September 2019   07:00 Diperbarui: 8 September 2019   07:08 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Syifa sedikit menghiraukan message masuk yang memenuhi ponselnya. Ia lebih memilih untuk browsing mengenai pondok pesantren. Pemikirannya memang sudah benar-benar berubah. Mindsetnya "mencari jalan kebenaran dan meninggakan hal yang menjerumuskan. Terutama yang berhubungan dengan dosa".

Syifa ingin izin kepada orangtuanya, dan ia mencoba mendekati mereka. Wajahnya menyimpan banyak pertanyaan. Setiap ia ingin melangkah hatinya merasa bahwa dirinya itu tak mungkin bisa. 

Melihat ibu dan bapak yang sedang berbincang di depan TV, Syifa datang membawakan juice segar sebagai pemula awal untuk memulai pembicaraan.

"Ibu.. bapak ini Syifa bawakan juice mangga" ujar syifa lembut. Ditaruh kedua juice di atas meja, Syifa membalikan badan melangkah pergi menuju kamar.

"Syifa.. sini nak, bapak ingin bicara denganmu" ucap bapak lirih. Langkah Syifa terhenti, ia duduk berlawanan dengan bapak.

"Syifa, bapak mempercayaimu sebagai putri bapak yang pertama. Kamu menjadi panutan kedua adikmu. Masa depanmu ada di tanganmu, bukan di bapak ataupun ibumu.. dan bukan uang yang menentukan"


"Bapak, ibu.. Syifa sudah memutuskan minggu depan ridhoi Syifa mencari ilmu di pesantren Yogyakarta. Di sana juga ada kuliahnya, dan insyaallah atas izin Allah Syifa menghafal Alquran di sana" jawab Syifa menjelaskan. Kedua orangtuannya tertegun mendengar ucapan Syifa. 

Wajah mereka benar-benar dibuat bingung untuk menjawab penjelasan Syifa. Kata-kata lebih dari bahagia serta tak pernah terduga, mendengar perkataan Syifa.

Hari yang sangat ditunggu Syifa, disisi lain ia juga merasa tidak ingin jauh dari kedua orangtuannya. Sebuah niat harus diiringi dengan tekat yang kuat. Agar impian bisa terwujudkan. Kedua adik Syifa, Sarah dan Herman pulang ke rumah. Kemarin bapak sengaja menjemput mereka berdua dari pesantren. 

Pagi masih terlihat petang, burung belum nampak nongkrong di ranting-ranting. Hanya saja suara ayam berkokok terdengar sejak jam 03:00 pagi. Semua barang keperluan sudah dimasukan ke dalam mobil belakang.

Usai shalat shubuh, rumah sudah dikunci rapat, lampu sudah dimatikan. Ucapan "Bismillahirohmanirrohim" mengawali perjalanan menuju Yogyakarta. Membutuhkan waktu sekitar empat jam untuk mencapai pesantren. Suasananya sudah berbeda, aroma perdesaan enyah begitu saja, polusi udara lebih tercium jelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun