Mohon tunggu...
Weni Fitria
Weni Fitria Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Memperkaya pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Cerpen | Sarung Buat Ayah

14 Mei 2020   19:41 Diperbarui: 14 Mei 2020   19:46 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ah, aku tahu  ayah tidak mau menikah lagi. Sudah bukan rahasia lagi  betapa besar cintanya pada ibu. Cinta yang tak pernah luntur sekalipun ibu telah pergi untuk selamanya. Hal itu pula yang membuatnya selalu menolak tawaran teman-temanyan maupun saudara  kami yang berniat menjodohkannya dengan seseorang.

"Cinta yang luar biasa," batinku setiap saat , jika teringat akan hal itu.

Ayah hanya tinggal bersama kami berdua, aku dan adik perempuanku. Namun sejak aku menikah dua tahun yang lalu dan bekerja di kota ini, maka ayah aku pasrahkan pada adik perempuanku. Bukannya aku tak mau memboyong ayah ke rumahku. Ditambah istriku pun sepertinya tak keberatan untuk itu. Malah dia yang sering menawarkan pada ayah agar tinggal saja bersama kami. Namun ayah selalu menolak.

"Tidak, aku disini saja, aku tak tega meninggalkan rumah yang dulu pernah aku tinggali bersama ibu kalian," tolak  ayah.

Tapi aku tahu persis, hal yang membuat ayah menolak keinginan kami adalah kebiasaanya mengunjungi makam ibu hampir setiap hari. Kebetulan makam  ibu berada di tanah kosong di sebelah tempat tinggal kami. Rumah kami memang berada di pinggiran kota dan memiliki tanah yang cukup luas. Di sanalah ibu dimakamkan. Kuburan yang dekat dari rumah membuat ayah tak terhalang untuk menyambanginya setiap hari.

Tiba-tiba kakiku terantuk tangga eskalator saat akan menuju lantai berikutnya. Membuat lamunanku buyar seketika. Setelah menaiki tangga berjalan tersebut, akhirnya aku sampai di lantai tiga bangunan plaza itu. Di sana aku melihat lebih banyak toko pakaian yang buka. Harapanku kembali membara, semoga segera bisa menemukan apa yang  kucari.

Dari dulu sebenarnya aku paling malas mengintari plaza berlama-lama untuk mencari berbagai  barang keperluan.  Tugas berbelanja berbagai keperluan rumah tangga pun dipegang oleh Hanna istriku.  Tapi  wabah yang  tengah menjangkiti kota kami membuatku melarang  Hanna bepergian keluar rumah.

"Silahkan mampir Pak, mau cari apa?" seorang wanita muda menyapaku dengan seulas senyum manis penuh harap. Wanita yang kuyakini adalah pramuniaga toko, melihat pakaian seragam yang dikenakannya.

Senyum penuh harap itu memaksaku berhenti sejenak.

"Cari kain sarung," jawabku pelan, tak berharap toko tersebut menyediakan barang yang  tengah kucari.

Mataku sedari tadi sudah menangkap toko itu hanya diisi dengan pakaian wanita. Ada berbagai macam pakaian  yang didominasi gamis dan berbagai macam kerudung  memenuhi  hampir keseluruhan ruangan toko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun