Mohon tunggu...
welni yunelti
welni yunelti Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis bagiku adalah jendela kehidupan yang dimana tempat saya menuangkan sesuatu.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Serius Terus Bisa Bikin Cepat Tua, Yuk Tertawa Sejenak

18 Juli 2025   10:19 Diperbarui: 18 Juli 2025   10:19 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
input foto: Seorang anak sedang tertawa lepas  (Sumber: Freepik/sosial media)

Ada satu hal yang semakin langka di tengah dunia yang sibuk dan penuh tekanan ini tertawa lepas. Bukan sekadar senyum sopan karena basa-basi, atau tawa kecil karena membalas pesan lucu dari teman. Tapi tawa yang benar-benar jujur---lepas, ringan, dan datang dari hati yang lega.

Kita hidup dalam realitas yang serba cepat. Bangun pagi, langsung disambut notifikasi dari grup kerja, email, dan target harian. Siang bergelut dengan laporan, presentasi, atau kerja lapangan. Malam belum tentu istirahat. Pikiran masih berkeliaran memikirkan apa yang belum selesai hari ini, atau kekhawatiran tentang hari esok.

Tanpa sadar, kita jadi manusia yang terlalu serius menjalani hidup. Wajah tegang, bahu berat, pikiran sumpek. Bahkan saat ada jeda sejenak untuk bersantai, otak masih aktif berpikir, "Apa saya sudah cukup baik hari ini? atau Besok harus mulai dari mana lagi, ya?

Padahal, tertawa itu kebutuhan, bukan kemewahan. Ia bukan hanya pelengkap suasana, tapi bisa menjadi penyelamat dalam situasi terberat sekalipun. Tertawa adalah bentuk sederhana dari kebahagiaan yang jujur. Tidak butuh modal besar, tidak perlu rencana matang cukup momen yang pas dan hati yang terbuka.

Saya ingat betul satu momen ketika semua terasa begitu berat. Deadline bertumpuk, dompet menipis, tubuh lelah, dan semangat mulai redup. Dalam kondisi seperti itu, tawa jelas bukan prioritas. Tapi malam itu, secara tak sengaja, saya melihat video seekor anak anjing yang mencoba menggonggong tapi malah batuk. Sederhana sekali, tapi entah kenapa saya tertawa. Lepas. Jujur. Lega.

Ajaibnya, setelah itu saya merasa lebih ringan. Masalah saya tidak serta-merta hilang. Tapi malam itu, saya bisa tidur tanpa beban seberat biasanya. Di situlah saya sadar kita mungkin tidak bisa menyelesaikan semua masalah sekaligus, tapi kita bisa memberi jeda, sejenak saja, dengan tertawa.

Secara ilmiah, manfaat tertawa itu nyata. Tawa melepaskan endorfin, hormon pereda stres alami dalam tubuh. Ia menurunkan tekanan darah, meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki suasana hati, bahkan dalam jangka panjang menjaga kesehatan jantung. Tak heran, beberapa rumah sakit di luar negeri menerapkan clown therapy---menghadirkan badut lucu di ruang rawat untuk membantu pasien, terutama anak-anak, merasa lebih nyaman dan berani.

Di dunia kerja, orang-orang yang humoris biasanya lebih disukai dan mudah diterima. Bukan karena mereka tidak serius bekerja, tapi karena mereka menciptakan atmosfer yang lebih manusiawi. Di tengah rapat yang tegang, satu dua candaan receh kadang justru menyelamatkan mood tim.

Hal yang sama berlaku di ruang kelas. Guru yang mampu menyelipkan humor dalam penyampaian materi sering kali lebih disukai siswa. Suasana yang menyenangkan membuat otak lebih santai, dan pelajaran jadi lebih mudah diserap. Belajar tidak harus selalu serius. Belajar bisa juga sambil tertawa, asal tetap bermakna.

Tapi tentu saja, tidak semua humor itu baik. Di era yang makin sensitif ini, kita perlu lebih bijak memilih bahan candaan. Jangan sampai demi terlihat lucu, kita malah menyakiti orang lain. Humor yang baik adalah yang menyembuhkan, bukan yang menertawakan luka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun