Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Oma Opa Lansia Tersia-sia

6 Oktober 2021   04:52 Diperbarui: 6 Oktober 2021   04:56 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Oma Opa | Sumber : health.grid.id

OMA OPA LANSIA TERSIA-SIA

oma opa lansia hampir setiap pagi
menikmati udara segar
di sekitar rumah
di paviliun  mereka tinggal sepuluh tahun terakhir
tanpa sanak saudara
anak takpunya
saudara juga takpunya
komunitas lansia gereja dan rw
selama ini ikut
membantu mereka
untuk menghadapi
hidup yang makin sulit

mereka taat beribadah
sebelum diguncang pandemi
mereka lah yang paling pagi
tiba di gereja
untuk beribadah Minggu

suatu pagi oma opa pergi agak jauh dari rumah
menghirup udara segar pagi hari
mereka tiba di terminal
mereka terkesima
menyaksikan banyak orang lalu lalang
mengejar bus antar kota antar propinsi yang ada
di terminal itu
rasa trenyuh
menyentuh mereka
yang hidup hanya berdua

hingga siang oma opa berada di terminal
mereka haus dan lapar
mereka tidak membawa.uang
dan ktp

oma opa terlunta dan tersia-sia hingga siang hari
di terminal
pukul 12 siang
ada anak remaja
dari gereja yang sama
mengenali oma opa
iapun mengantar oma opa kerumah mereka
dengan sukacita

para oma opa.lansia memang memerlukan pelayanan ekstra
dari gereja atau civil society
sejalan dengan itu
pengembangan sikap solider, empati, kasih sayang mesti terus dikedepankan oleh keluarga, oleh komunitas di masyarakat
tidak boleh terjadi ada lansia yang terlunta-lunta dan tersia-sia
dalam sebuah negeri yang warganya taat beragama
mari kita hormati para lansia
agar.di masa senja
mereka tetap sukacita dan bahagia
walau tanpa saudara!

Jakarta 6 Oktober 2021/pkm 4.16
Weinata Sairin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun