Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menyampaikan pidato perdananya di Sidang Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, AS, pada Selasa (23/9/2025).
Berbicara di urutan ketiga setelah Presiden Brasil Lula da Silva dan Presiden AS Donald Trump. Pidato Prabowo ini sangat mendapat apresiasi dikalangan dunia internasional
Dalam paparannya Prabowo memberikan penegasan fundamental mengenai kesetaraan manusia, bahwa setiap manusia berhak untuk hidup tanpa penindasan, dan perdamaian yang setara.
Baik terkait konflik Israel-Palestina maupun dunia Internasional pada umumnya. Beliau juga menngulas tentang jalan moral kepemimpinan yang lebih humanis.
Ada sebuah pernyataan menarik dari Prabowo bahwa anak-anak kita sedang memperhatikan, mereka belajar kepemimpinan bukan dari Buku Teks, tetapi dari pilihan kita (Baca: Para Pemimpin).
Pernyataan ini cukup menarik, sebuah pernyataan realitas bahwa generasi muda saat tidak lagi belajar nilai-nilai ini dari narasi idealis di buku teks/teori, melainkan dari pilihan yang dilakukan para pemimpin di lapangan.
Pernyataan ini bukan sekadar retorika politik semata, melainkan sebuah pemikiran mendalam yang menegaskan bahwa jalan moral kepemimpinan telah dipindahkan dari idealisme ke praktik yang disuguhkan oleh pemimpin hari ini.
Manakah yang generasi muda calon pemimpin masa depan harus pilih sebagai kebenaran: fakta yang mereka lihat, atau idealisme yang mereka baca di Buku Teks?
Bagaimana seorang pemimpin dapat mengharapkan generasi muda sebagai calon pemimpin dapat menjunjung jalan moral, sementara pilihan yang mereka lihat justru mengajarkan sinisme dan pragmatisme?
Konflik antara idealisme dan pragmatisme inilah harus jadi pembelajaran generasi muda untuk meraih jalan moral kepemimpinan yang lebih baik.
Kegagalan Moral Kepemimpinan