Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Si Belah Mencari Tuhan [Bagian Tiga]

13 Agustus 2020   10:43 Diperbarui: 19 Agustus 2020   02:49 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Tiga

<< Sebelumnya

"Iya, kan menurut mereka, untuk bisa bertemu dengan Tuhan harus terlebih dahulu meninggalkan dunia, sedangkan mereka semua masih berada di dunia ini," jawab Jabrik sambil tertawa lebar saat melihat wajah Perempuan muda yang tadi terdengar mendesah di telingannya itu, saat ini telah berubah, dari bersemu merah menjadi merah padam, karena merasa begitu kesal dengan sikap Jabrik barusan.

"Hihihi.., iya ya, terus Si Belah mengurungkan niatnya untuk pergi mencari Tuhan?" jawab Oneng yang sengaja tertawa cekikikan untuk menyembunyikan kejengkelannya pada Lelaki kurang ajar di depannya ini.

"Tidak, Si Belah ini tipikal orang nekat dan masa bodo, jadi semua aturan yang ada di dunia ini, terutama tentang tata cara menyebut dan menyembah Tuhan, dia tabrak semua." jawab Jabrik datar. Sikapnya seperti orang yang tidak merasa bersalah dengan apa yang telah diperbuatnya.

Jabrik berdiri dari tempat duduknya, menggeser kursinya lalu beranjak pergi, meninggalkan Oneng seorang diri.

"Waduhh! Eh, mau kemana Mas?" tanya Oneng saat melihat Jabrik pergi meninggalkannya begitu saja di tempat ini.

Jabrik celingak-celinguk di luar Warung Kopi.

 "Toilet dimana?" tanya Jabrik sambil kembali masuk ke dalam Warung Kopi.

"Haduh, Mas ini bikin kaget Oneng aja, kirain mau pergi dan lupa membayar Kopi nya, hihihi.. Nyari toilet kok kesitu. Di dalam situ Mas," jawab Oneng sambil menunjuk ke arah dalam bagian Warung Kopi nya yang ada tulisan "TOILET BELOK KIRI".

Setelah sekian lama, Jabrik akhirnya muncul kembali, terus melangkah ke arah tempat duduknya tadi sambil tersenyum ke arah Oneng yang masih setia menantinya, di depan Meja dan Kursi-nya yang tadi.

"Mas, pintunya belum di kancing," kata Oneng sedikit jengah saat melihat resleting celana Jabrik masih belum tertutup dengan sempurna.

"Masak sih?"

 Jabrik yang hendak kembali menduduki kursinya itu kembali berdiri, hendak kembali ke Tolilet yang tadi.

"Bukan Pintu yang itu Mas, tapi pintu yang ini." jawab Oneng sedikit malu-malu sambil melirik ke arah celana panjang milik Jabrik yang bagian depannya masih terbuka lebar.

"Oo yang ini," kata Jabrik sambil mengancingkan resleting celana panjangnya di depan Oneng yang tersipu malu melihat kelakuannya.

"Awas loh, nanti kalau terbang susah nangkapnya, hihihii..," jawab Oneng sambil tertawa dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"Gak bakalan terbang, udah jinak kok! Kalau Mbak gak percaya, tangkap aja." Jabrik tenang sambil berusaha menggoda Oneng yang masih tersipu malu terduduk di depannya.

"Asem,"

Oneng membatin sambil memalingkan wajahnya ketempat lain, berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Artinya Si Belah enggak mau percaya bulat-bulat dengan apa-apa yang sudah di jelaskan oleh masing-masing pemeluk agama yang dijumpainya selama Ia berjalanan ketika hendak mencari Tuhan. Si Belah tidak takut dikatakan kafir apalagi di cap murtad oleh para penganut agama yang ia tinggalkan dalam keadaan marah karena melihat tingkah lakunya yang begitu keras kepala," Jabrik kembali melanjutkan ceritanya yang tadi sempat tertunda. 

Sambil kembali duduk Jabrik berusaha meraih tissue di atas Meja yang kebetulan letaknya lebih dekat dari tempat duduk Oneng yang berada di depannya. 

Oneng dengan sigap mengambilkan tissue dan segera memberikannya kepada Jabrik. Jabrik menerima tissue pemberian Oneng lalu segera mengelap kedua telapak tangannya yang terlihat basah setelah kembali dari Toilet tadi. 

Setelah selesai mengelapkan kedua telapak tangannya dengan tissue pemberian Oneng, Jabrik kemudian kembali memberikan tissue bekasnya itu kepada Oneng.

"Si Belah benar-benar mencari cara agar bisa bertemu dengan Tuhan di dunia, mencari ilmu sampai ke akar-akarnya. Seperti ilmu filsafat ya?" tanya Oneng sambil menerima tissue bekas pemberian Jabrik.

Oneng berusaha untuk tetap waras menghadapi tingkah laku Lelaki kurang ajar di depannya ini dengan tetap berprasangka baik; bahwa tissue bekas di tangannya itu bukan tissue bekas mengelap tangan Lelaki konyol yang tadi mungkin saja telah dipergunakan untuk memegang-megang "anunya" sendiri sehabis buang air kecil di dalam Toilet tadi.

"Lama-lama Si Belah jadi terlihat aneh di mata orang-orang yang dijumpainya," kata Jabrik sambil tersenyum melihat ke arah tissue bekas miliknya yang masih terus di genggam oleh Perempuan muda di depanmya.

"Pastinya." Jawab Oneng yang merasa heran dengan tingkah laku Lelaki di depannya ini yang senyum-senyum sendiri sambil terus melihat ke arah tissue di dalam genggaman tangannya.

"Iih!" kata Oneng sambil membuang tissue bekas di tangannya setelah Ia sadar bahwa Tissue di tangannya itu adalah Tissue bekas milik Lelaki kurang ajar di depannya ini.

"Si Belah dianggap seperti orang yang tidak mengerti ilmu Agama," kata Jabrik lagi sambil kembali menatap ke arah bagian dada Oneng.

"Iya," jawab Oneng pelan.

Oneng merasa risih dengan tatapan mata Lelaki kurang ajar di depannya ini dan secara reflek Ia kembali memastikan bahwa kancing-kancing baju kemeja yang dikenakan itu tidak ada yang terbuka.

"Walau Si Belah telah tau bagaimana cara menyebut dan menyembah Tuhan dari semua Agama yang ada di dunia ini, tapi Ia tidak mau mengikuti cara-cara penganut agama yang telah Ia temui," 

Jabrik berkata pelan sambil tersenyum menatap kedua mata Perempuan muda bertubuh sintal di depannya.

Oneng kaget dan langsung membuang mukanya saat beradu pandang dengan kedua mata Lelaki konyol di depannya. Sebab saat tanpa sengaja menatap kedua bola mata Lelaki kurang ajar di depannya itu dia seperti tengah melihat dirinya tengah,

"Terus gimana?" tanya Oneng sedikit berdebar dan berusaha menyingkirkan bayangan dirinya yang sempat dilihatnya di dalam kedua bola mata Lelaki kurang ajar di depannya ini.

"Hehehe...Si Belah cuma tertawa sewaktu para pemeluk agama itu menyebutnya seperti orang gila,"

Jabrik terkekeh sambil membasahkan kedua bibirnya saat melihat Oneng yang tadi sempat melihat kedua bola matanya itu, saat ini tengah tertunduk malu dengan rona merah di kedua pipinya.

Selanjutnya >> Bagian Empat


Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani Dinni. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga tayang di Secangkirkopibersama.com

Bahan bacaan : 1, 2, 3, 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun