Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jangan Mencari Tuhan, Merasakan Kehadiran-Nya Lebih Penting

22 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 22 Maret 2024   06:50 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://buddhazine.com/

Ya, Tuhan tidak hilang, lantas mengapa mesti mencari Dia?

Selama ini sibuk mencari Tuhan, padahal jelas kita berada di dalam Nya. Ga mungkin ada keterpisahan, semakin mencari justru semakin menjauhkan kita dari Dia. Karena kita lupa mencari Dia di dalam diri kita. Kita sibuk mengejar Tuhan di suatu tempat, kita lupa bahwa bila di tempat tersebut Tuhan ada, berarti Dia lebih kecil dari tempat tersebut. Suatu hal yang tidak mungkin. Mengapa?

Karena selama ini kita anggap Tuhan terpisah dari diri kita. Kita selalu lupa adanya ayat dari suatu kitab suci yang berbunyi : 'Tuhan lebih dekat dari urat leher.' 

Selama kita menganggap Tuhan jauh di sono, kita merasa bisa menipu Tuhan dengan melakukan perbuatan kekerasan terhadap sesama, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Inilah setan pikiran; jadi setan bukanlah ciptaan Tuhan, tetapi setan menjadi alat untuk di kambing hitamkan. Suatu alasan untuk pembenaran tindakan kita. Inilah permainan setan pikiran.

Jadi, dengan kata lain bahwa sesungguhnya musuh kita adalah pikiran kita sendiri. Si pikiran ini pasti tidak mau dibunuh oleh kita sendiri. Oleh karena itu, si setan pikiran ini selalu lebih pintar mencari pembenaran atas kelemahan kita sendiri. 

kepintaran setan pikiran termasuk perbuatan kita untuk menuduh orang lain sesat. Mengapa?

Karena saat kita menganggap diri paling benar, maka saat itu, si setan pikiranlah yang berkuasa. Sang Jiwa Invidual terperdaya oleh pikiran kita sendiri. Ketika itu yang berkuasa adalah 'aku yang palsu'

Aku yang dibentuk atau dikondisikan oleh lingkungan. Keadaan seperti ini sangat umum terjadi selama kita mengikuti arus kemapanan. Saat kita menentang arus kemapanan, kita yang sedang merasakan kehadiran Tuhan pada semua ciptaan-Nya dapat dipastikan dimusuhi oleh masyarakat umum.

Demikianlah kondisi para pejalan spiritual yang sedang dalam menemukan Tuhan dalam diri sendiri. 

Tantangan dan hambatan serta caci maki dari mayoritas hamba keduniawian menjadi kendala yang sangat berat. Jadi tidak heran bila para suci selalu mengingatkan bahwa berjalan di jalur spiritual bagaikan berjalan di atas onak dan duri yang membuat telapak kaki berdarah-darah. 

Memang tidak ada pilihan lain bila ingin merasakan kehadiran Tuhan dalam diri setiap makhluk ciptaan-Nya. Bila kita semua hanya bisa hidup di dalam Tuhan berarti Dia juga menjadi daya hidup bagi kita semuanya. Sehingga Tuhan juga berada di dalam semua makhluk ciptaan-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun