Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Sang Ratu (Epphyllum Oxypetalum)

3 April 2020   16:07 Diperbarui: 3 April 2020   17:57 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kutatap wanita cantik berkerudung merah marun di sebelahku. Wanita anggun yang saat ini kembali di izinkan Tuhan untuk kembali menemani hari-hariku. Wanita cantik yang baru saja bangkit bangkit dari kematiannya beberapa waktu yang lalu. 


Menatap wajah sang Ratu Malam di depanku. Ingatanku kembali ke masa lalu.

"Mereka tanggung jawabku," kataku lirih pada Sosok Diriku yang lainnya, yang saat ini juga tengah menatapku dari dalam cermin buram, yang kini sudah terlihat lebih bersih di hadapanku.


Kutatap wajah sang Ratu yang masih terlihat pucat dan tergolek lemas di atas ranjang tidurnya bersama Putri Mahkota yang saat ini tengah tertidur pulas di sebelahnya.

"Jarang sekali ada wanita yang mampu berpaling dariku, terlebih jika dia pernah jatuh ke dalam pelukanku," kudengar suara seseorang dari luar kamar tidurku dan sang Ratu. Menyahuti ucapanku yang tengah berbicara pada Diriku yang lainnya di dalam cermin di hadapanku.

Di antara angin yang bertiup kencang. Di antara keremangan cahaya di luar kamar, kutatap mata 'orang ketiga' yang tengah jelalatan merayapi sekujur tubuh sang Ratu.

Di antara angin yang berhembus kencang. 'Orang ketiga' berjalan pelan, memasuki ruangan tempat di mana Aku dan sang Ratu berada di dalamnya. 

'Orang ketiga' masuk ke dalam ke dalam ruangan dengan menembus dinding kamar. Sambil bersiul--siul, 'Orang ketiga' tersenyum, seolah tengah mengejek ketidak berdayaanku mencegah kedatangannya itu. 

Sang Ratu membuka kedua matanya, ketika merasakan kehadiran 'Orang ketiga' di dekatnya. Dari keremangan cahaya kamar, kutatap wajah pasrah tapi tak rela dari wajah sang Ratu. Raut wajah yang tidak sanggup untuk menolak kehadiran 'orang ketiga' itu menjamah tubuhnya. 

Darahku 'mendidih' saat melihat 'Orang ketiga' itu hendak kembali 'menyetubuhi'  sang Ratu di hadapanku.

"Pergi kau!"  suaraku menggelegar. Memecah kesunyian dan juga menghancurkan cermin buram di depanku hingga hancur berantakan.

 'Orang ketiga' melepaskan sang Ratu yang tengah berada di dalam dekapannya saat merasakan ada tangan kokoh mencengkram batang lehernya. Dan,

Bukkk..

Tubuh 'Orang ketiga' terlempar jatuh ke sudut ruangan. Wajahnya putih memucat, lelehan darah keluar dari dalam mulut dan juga hidungnya. Suara teriakanku tadi telah membuat Diriku yang lainnya itu keluar dari dalam cermin di hadapanku.

Masih gemetar, 'Orang ketiga'  berusaha untuk berdiri di hadapan Diriku yang lainnya. Diriku yang sudah berhasil melukainya. 

Sambil menyeka lelehan darah yang masih terus keluar dari setiap lubang yang ada di tubuhnya. 'Orang ketiga' menatap ke arahku dan Diriku yang lainnya.

Masih seperti tidak percaya, sekali lagi dia tatap Diriku yang lainya, yang saat ini tengah berdiri di depannya. Seolah masih tidak percaya bahwa sosok yang tadi dilihatnya berada di dalam cermin di depanku itu ternyata mampu menyentuh dirinya yang tak kasat mata. Bahkan berhasil melemparkan dirinya ke sudut ruangan kamar disaat dia tadi hendak merenggut jiwa sang Ratu.

Seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, 'Orang ketiga' yang di juluki Sang Pencabut Nyawa para wanita itu melangkah pergi. Meninggalkan sang Ratu yang masih menangis sesegukan di atas Ranjang tidurku.

Di antara gelapnya malam, di bawah derasnya air hujan yang membasahi bumi di sepertiga malam. Kutatap bekas kaki 'Orang ketiga' yang perlahan mulai menghilang tergerus air hujan.

Kugenggam erat jemari tangan sang Ratu yang masih menangis sesegukan di atas ranjang tidurku. 

"Badai sudah berlalu. Aku mencintaimu, dan tidak akan kubiarkan 'Orang ketiga' itu mengambilmu dariku." kataku pelan, sambil mengusap pipi Wanita cantik yang tak lagi berisi.


*****

Kutatap Diriku yang lainnya di sebelah Sang Waktu. Diriku yang baru saja mengusir 'Orang ketiga' itu dari kehidupan sang Ratu.

Diriku yang lainnya itu tiba-tiba saja mendekat ke arah sang Ratu yang masih menangis sesegukan di sebelahku. Selanjutnya Diriku yang lain itu memberikan sekuntum bunga Wijaya Kusuma yang telah mekar itu kepada sang Ratu. 

Dan begitu bunga Wijayakusuma itu berada di dalam genggaman tangan sang Ratu itu, tiba-tiba saja bunga Wijayakusuma yang tadi terlihat sedang mekar itu langsung berubah menjadi cahaya. Dan cahaya putih itu langsung membungkus seluruh tubuh sang Ratu.

Bunga Wijayakusuma atau Epiphyllum oxypetalum adalah termasuk jenis tanaman kaktus yang mempunyai kelas dicotiledoneae. Bunga Wijayakusuma hanya merekah dalam semalam. Bunga Wijayakusuma ini biasanya mulai terbuka setelah matahari terbenam, dan mekar sempurna mulai pukul 22:00 Wib.

Sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa Bunga Wijayakusuma ini adalah bunga yang memiliki kesaktian yang dapat menghidupkan orang mati. Masyarakat Yogyakarta dan Surakarta, khususnya keraton percaya bahwa seorang raja yang akan naik tahta haruslah memiliki bunga wijayakusuma ini sebagai syaratnya. 

"Mustika Wijayakusuma ini hanya mampu membuatnya hidup di malam hari saja. Dan untuk membuat kehidupan sang Ratu bisa kembali pulih seperti sebelum 'Orang ketiga' itu merenggut mahkota hidupannya. Maka engkau harus menyandingkan Mustika Wijayakusuma ini dengan Mustika Bunga Abadi."

"Mustika Bunga Abadi? Dimana Aku harus mendapatkanmya?" tanyaku pada Diriku yang lainnya di depanku.

"Setelah tadi sebagian jiwanya sempat di renggut oleh 'Orang ketiga'. Mustika bunga Wijayakusuma itu hanya mampu memulihkan lima puluh persen kehidupannya. Dan untuk menyempurnakan kehidupannya. Pergilah ke puncak Gunung Papandayan. Temui Bidadari Kesunyian. Karena hanya dia yang mampu menyempurnakan kehidupan sang Ratu. 

Bidadari Kesunyian adalah nama lain Anaphalis javanica atau yang biasanya di panggil dengan nama Edelweiss jawa oleh masyarakat tempatan."

Sosok Diriku yang lainnya itu berkata sambil melihat ke arah sang Ratu. Dan setelah menunjukan tempat dimana Aku bisa mendapatkan Mustika Bunga Abadi untuk menyempurnakan kekuatan Mustika Bunga Wijayakusuma di dalam diri sang Ratu. Perlahan-lahan wujud Diriku yang lainnya itu menghilang dari hadapan Aku dan Sang Waktu.

-Selesai-

Catatan: 

  • Orang ketiga adalah Kanker. 
  • Di kutip dari, Kompas.com, Menurut laporan terbaru dari badan kesehatan dunia, WHO. Peningkatan kasus termasuk angka kematiannya mencapai satu persen dengan kasus terbesar di China, Rusia dan India. Artinya, kasus baru kanker bakal menjamur hingga 27 juta hingga tahun 2030 dengan kematian mencapai 12 juta. Ekspansi kanker yang luar biasa ini bisa jadi bakal meningkat lebih tajam lagi. Hingga tahun 2030, kemungkinan 75 juta penderita bakal menghuni dunia ini.
  • Sumber bacaan: 1, 
  • Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon dimaafkan jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
  • Cerita ini sudah tayang di secangkirkopibersama.com dalam versi lainnya.
  • Cerita sanjutnya : Misteri Bidadari Kesunyian (Anaphalis javanica)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun