Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Sang Ratu (Epphyllum Oxypetalum)

3 April 2020   16:07 Diperbarui: 3 April 2020   17:57 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Darahku 'mendidih' saat melihat 'Orang ketiga' itu hendak kembali 'menyetubuhi'  sang Ratu di hadapanku.

"Pergi kau!"  suaraku menggelegar. Memecah kesunyian dan juga menghancurkan cermin buram di depanku hingga hancur berantakan.

 'Orang ketiga' melepaskan sang Ratu yang tengah berada di dalam dekapannya saat merasakan ada tangan kokoh mencengkram batang lehernya. Dan,

Bukkk..

Tubuh 'Orang ketiga' terlempar jatuh ke sudut ruangan. Wajahnya putih memucat, lelehan darah keluar dari dalam mulut dan juga hidungnya. Suara teriakanku tadi telah membuat Diriku yang lainnya itu keluar dari dalam cermin di hadapanku.

Masih gemetar, 'Orang ketiga'  berusaha untuk berdiri di hadapan Diriku yang lainnya. Diriku yang sudah berhasil melukainya. 

Sambil menyeka lelehan darah yang masih terus keluar dari setiap lubang yang ada di tubuhnya. 'Orang ketiga' menatap ke arahku dan Diriku yang lainnya.

Masih seperti tidak percaya, sekali lagi dia tatap Diriku yang lainya, yang saat ini tengah berdiri di depannya. Seolah masih tidak percaya bahwa sosok yang tadi dilihatnya berada di dalam cermin di depanku itu ternyata mampu menyentuh dirinya yang tak kasat mata. Bahkan berhasil melemparkan dirinya ke sudut ruangan kamar disaat dia tadi hendak merenggut jiwa sang Ratu.

Seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, 'Orang ketiga' yang di juluki Sang Pencabut Nyawa para wanita itu melangkah pergi. Meninggalkan sang Ratu yang masih menangis sesegukan di atas Ranjang tidurku.

Di antara gelapnya malam, di bawah derasnya air hujan yang membasahi bumi di sepertiga malam. Kutatap bekas kaki 'Orang ketiga' yang perlahan mulai menghilang tergerus air hujan.

Kugenggam erat jemari tangan sang Ratu yang masih menangis sesegukan di atas ranjang tidurku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun