Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Wanita Cantik Berkacamata

31 Oktober 2019   09:19 Diperbarui: 31 Oktober 2019   09:25 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, entah kenapa wanita berkulit kuning langsat ini selalu berpaling ketempat lain. Terlebih setiap kali kedua matanya itu tanpa sengaja beradu pandang dengan kedua mataku ini. 

Tapi sekarang? Sepertinya gadis kota ini nyaris tak bersekat denganku. Dari tatapan mata-nya yang terlihat sayu, aku menangkap rasa kekawatiran yang begitu besar dari kedua bola mata wanita cantik di depanku ini. 

Entah apa yang tengah di pikirkan oleh wanita cantik berkacamata ini. Sambil sesekali menyeka air matanya yang membanjiri di kedua pipinya, telapak tangan wanita cantik berkacamata ini terus mengusap bulu--bulu di wajahku.

Teringat pertemuanku dengan wanita cantik berkacamata yang mengenakan rok kain panjang berwarna hitam di padu dengan baju atasan berwarna putih ini. Pagi tadi, di bawah langit yang menghitam, dia berjalan terburu-buru ke arahku. 

Sebelum wanita cantik berkacamata ini naik ke atas Sampan, jujur saja belum pernah sekalipun aku berbincang-bincang dengan wanita yang telah mengusik naluri 'kelelakian'ku semenjak kedatangannya pertama kali ke desa terpencil ini. 

Wanita cantik berkacamata ini adalah pendatang baru di desaku. Kota asalnya memiliki jarak tempuh sekitar satu hari perjalanan jika menggunakan kendaraan air ke desa terpencil ini. 

Walau tidak pernah berbincang-bincang langsung dengan wanita cantik berkacamata ini, tapi untuk mengetahui siapa dirinya, bukanlah hal yang terlalu sulit buatku. Pemilik warung kopi di pinggir sungai tempat biasa aku duduk sambil meminum secangkir kopi susu itu cukup lengkap memberikan semua informasi yang aku butuhkan tentang wanita cantik yang tengah menjadi bahan pembicaraan beberapa pemuda di kampungku ini. 

Sebagai lelaki desa yang terkenal cuek dan terlihat tidak perduli dengan kehadiran wanita yang mendapatkan julukan sebagai 'kembang desa' yang baru itu, beberapa pemuda yang tidak pernah menganggap aku sebagai saingan, sambil meneguk kopi, dengan senang hati menceritakan semua yang mereka ketahui tentang wanita cantik yang berasal dari kota itu. Sebagai lelaki, jujur saja kesombongan wanita kota yang terlihat sombong di mataku ini justru membuatku semakin tertarik untuk mencari tahu semua informasi tentang dirinya. 

Sebagai pemuda dusun yang jarang sekali melihat wanita cantik. Selain Mirna, anak kepala desa terpencil ini. Terlalu munafik rasanya jika kukatakan bahwa aku tidak tertarik pada 'kembang desa' yang baru itu. Gadis kota yang saat ini tengah menjadi rebutan beberapa pemuda di desa terpencil ini. 

Entah dosa dan kesalahan apa yang telah kuperbuat dan mungkin telah di ceritakan oleh Mirna, sehingga wanita cantik yang tinggal dan berteman akrab dengan anak gadis kepala desa itu sepertinya berusaha menjauhiku, wanita cantik berkacamata ini sepertinya berusaha menghindar setiap kali melihat atau berpapasan denganku selama berkegiatan di desa ini.

Entah apa yang salah dengan dengan sifat dan penampilanku, sehingga wanita cantik yang berasal dari kota ini begitu. Padahal setahuku, dengan teman-temanku yang juga sesama pendayung sampan, dia tidak pernah begitu. Dengan teman--temanku. Gadis kota ini kulihat bisa tertawa lepas bahkan mau bercanda dengan para pendayung sampan yang mengantarkan dirinya menyeberangi sungai besar itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun