Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Enam Belas Dua Puluh

5 Juli 2019   00:38 Diperbarui: 5 Juli 2019   07:46 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Enam belas dua puluh adalah saksi bisu ketika Adam dan Hawa kembali bertemu. Aku adalah Adam-mu dan engkau adalah Hawa-ku.

Wahai Hawa-ku, lihat aku. Lihatlah wajahku, wajah yang akan selalu tersenyum  mengiringi setiap langkahmu. Engkau adalah bidadari kuning ke-emasanku. Sembilan puluh sembilan hari, sembilan belas jam sembilan belas detik adalah waktu yang aku butuhkan untuk meluluhkan hatimu.

"Apakah Mas mencintaiku seperti aku mencintai Mas saat ini?" Tanyamu saat itu sambil meneguk kopi susu yang sengaja kuseduhkan kusus buatmu.

Sang Waktu melihatmu, saat engkau kembali meneguk kopi susu buatanku itu secara perlahan-lahan sambil menatap kedua mataku. 

Dan saat itu sambil menatap Sang Waktu, kembali ku cium pelan keningmu seraya berbisik pelan di telingamu; "Aku adalah cermin mu, dan engkau adalah cermin ku. Di masa lalu, aku adalah Adam-mu dan engkau adalah Hawa-ku, di Surga dahulu kita pernah menyatu. Dan saat ini, kita kembali di pertemukan Tuhan di tempat ini. Terimalah aku sebagaimana aku menerimamu. Di masa lalu aku tahu bahwa aku bukanlah yang pertama bagimu, tapi saat ini, aku ingin menjadi yang terakhir di masa kini dan menjadi bagian hidupmu di masa depan nanti."

*****

"Tuhan.., maafkanlah aku. Di dalam kesendirianku, saat inipun aku kembali mengingatnya. Maafkanlah aku yang belum bisa menjaga hati dan pikiranku ini hanya untukmu.

Tuhan.., aku takut engkau akan mengambil  dan kembali menjauhkan-nya dariku, karena aku tahu engkau Maha Pencemburu.

Tuhan.., aku yang hina ini hanya mampu memohon padamu, izinkanlah aku untuk belajar mencintainya karena engkau. Di enam belas dua puluh aku sadar, dahulu kami engkau pisahkan karena kami telah lalai terhadapmu.

Tuhan.., dia ciptaanmu, begitupun aku. Di dalam ke-esaanmu, izinkanlah aku yang hina ini belajar mencintaimu melalui perantara mahkluk ciptaanmu itu.

Tuhan..., dahulu di dalam Surga-mu kami adalah satu, sebelum engkau pisahkan kami dengan jarak dan waktu. Dan di masa kini, di enam belas dua puluh, atas izin-Mu kami kembali bertemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun