Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Enam Belas Dua Puluh

5 Juli 2019   00:38 Diperbarui: 5 Juli 2019   07:46 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak! Ini nyata. Rasakan debar jantungku, rasakan hangat tubuhku, rasakan hembusan nafasku di wajahmu." kataku berusaha meyakinkanmu, sambil meletakan jemari tanganmu di dadaku.

"Apakah setelah ini kita akan kembali bertemu?" tanyamu masih bimbang, sambil menatap wajahku.

"Aku tidak tahu," jawabku sambil menatap kedua bola matamu, tiba-tiba matamu kulihat kembali berkaca-kaca saat mendengarkan jawabanku itu.

"Mas, jangan tinggalkan aku." Katamu lirih, sambil kembali memeluk erat tubuhku.

"Tubuhku dan tubuhmu boleh saja terpisah oleh jarak dan waktu, tapi tidak dengan hati dan rasa ini. Karena saat ini, rasaku dan rasamu telah menyatu. Engkau ada karena aku, dahulu aku pernah meminta hadirmu untuk menjadi pendamping hidupku. Begitupun dengan keberadaanku saat ini di sisimu, aku ada di sini karena engkau meminta pada Tuhan-mu untuk menghadirkan aku di tempat ini." kataku pelan, sambil kembali mengecup lembut keningmu.

Engkau tumpahkan semua rasamu padaku, dan di enam belas dua puluh, akhirnya aku tahu, ternyata engkaupun memiliki perasaan yang sama denganku. 

Di hadapan Tuhanku dan Tuhanmu, ketika cinta kita kembali menyatu. Di antara tangismu yang pecah di bahuku, aku kembali berkata padamu; "Aku mencintaimu karena Tuhanku."

Di antara derasnya air hujan yang mengguyur kota kelahiranmu, di saat suara tangisanmu kembali pecah di bahuku. Sambil menatap mata sendumu, saat itu aku kembali berkata padamu; "Aku tidak perduli dengan semua masa lalumu. Dan mulai saat ini aku ingin memiliki lahir batin-mu, hilangkanlah semua keraguanmu tentangku."

Dan di enam belas dua puluh, aku dan engkau akhirnya tahu, ternyata engkau adalah Hawa-ku dan aku adalah Adam-mu. 

Saat kita kembali menyatu. Tidak ada lagi rahasia di antara kita. Rahasiamu adalah rahasiaku, sakitmu adalah sakitku dan kenikmatan-mu adalah kenikmatan-ku.

"Walaupun tubuh ini tidak sepenuhnya menjadi milikmu, tapi rasa dan hatiku adalah milikmu seutuhnya. Begitupun hati dan rasamu. Saat ini engkau milikku dan selamanya akan tetap menjadi milikku. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Walaupun kelak tubuh ini tidak lagi ada di sisimu, tapi hati dan rasaku akan selalu bersamamu. Dan jika suatu saat engkau merindukanku, ingatlah; bahwa di enam belas dua puluh ini engkau dan aku pernah menyatu." kataku sambil mengusap air mata di pipimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun