Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

14 Oktober 2018   14:17 Diperbarui: 18 Maret 2019   23:37 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Sembilan

Ratu Hoaks

*


Di antara keremangan cahaya malam, aku terus berjalan mengiringi langkah kaki wanita berkulit hitam manis yang terus berjalan pelan menyusuri lorong panjang Alam Hayalan.

Sesekali, kulirik wajah pucat tanpa riasan makeup wanita cantik yang mengenakan kerudung panjang berwarna hitam, yang terus berjalan sambil menggenggam erat tangan kiriku tanpa mengeluarkan sepatah katapun itu.

Langkahku terhenti sejenak. 

Di ujung sana, kulihat wanita tua yang mengenakan pakaian berwarna putih sedikit pudar itu terus menatap kearah kami berdua.

Sambil melihat sosok wanita tua yang wajahnya tidak terlalu jelas di antara keremangan cahaya malam, aku bertanya pada wanita berkulit hitam manis di sampingku ini. 

 "Itu Siapa?" tanyaku sambil menunjuk ke arah sosok wanita tua yang sedang duduk sendirian, menghadap ke arah dinding yang tak berujung di depannya itu. 

 “Di dunia Politik, dia di juluki Ratu Hoaks,” jawabnya pelan. Sambil melihat kearah wanita tua di ujung sana yang sedari tadi kulihat diam tak bergeming.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Hoaks mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. 

Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual” sebagai kebenaran.

Menurut Werme (2016), mendefiniskan Fake news sebagai berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. 

Hoaks bukan sekedar “misleading” alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta. [i]. 

“Siapa dia sebenarnya?"

Tanyaku lagi pada wanita cantik berwajah pucat tanpa riasan makeup disampingku ini.

Wanita berkulit hitam manis ini membalikan badannya, sambil tersenyum dia menatap kedua mataku dalam-dalam.

“Aku tak bisa menjawabnya sekarang, biarlah nanti Sang Waktu yang akan menjawabnya.” katanya lagi.

 

Melihat wanita berkulit hitam manis ini sepertinya sedang tidak ingin membicarakan wanita tua di ujung sana, kucoba tukar topik pembicaraan.

“Kita mau kemana?" tanyaku lagi pada wanita berkulit hitam manis yang saat ini sudah menggenggam erat kedua tanganku itu.

“Ada yang ingin bertemu dengan abang di ujung saja,”

Jawab wanita berkulit hitam manis ini seraya melepaskan genggaman tangannya. 

“Tapi sebelum kita kesana, kakak mau abang berjanji dulu,” katanya lagi seraya menatap kedua mataku dalam-dalam.

Kutatap wajah cantik wanita berwajah pucat tanpa riasan makeup di depanku ini. 

Sambil tersenyum kubalas tatapan mata sendu wanita yang mengenakan kerudung panjang berwarna hitam ini sambil menganggukan kepala.

Tiba-tiba saja wanita cantik berkulit hitam manis ini memeluk erat tubuhku. Sambil memeluk erat tubuhku dia berbisik pelan ditelingaku.

“Maukah abang berjanji padaku? Apapun yang terjadi nanti, abang tidak akan pergi meninggalkan kakak sendirian ditempat ini.

Kakak tidak mau nasib kakak berakhir seperti wanita diujung sana!" katanya lagi, sambil melihat kearah wanita tua di ujung sana.

“Iya,” jawabku pelan di telinganya.

Wanita cantik yang berwajah pucat tanpa riasan makeup itu semakin erat memeluk tubuhku. Kulumat bibir-nya. Cukup lama kami berpanggutan sambil berpelukan di tempat ini.

Dari balik bahu wanita berkulit hitam manis yang sedang memeluk erat tubuhku. 

Wanita tua yang sedari tadi kulihat sedang duduk sendiri, sambil melihat ke arah dinding kosong didepannya itu tiba-tiba saja berdiri, lalu tersenyum menatap ke arahku.

Sambil tersenyum kulihat dia mulai berbicara sendiri, lalu tertawa lepas sebelum akhirnya kulihat menangis sesegukan.

Selanjutnya, sambil bernyanyi, kulihat tubuh tuanya itu mulai bergerak seperti orang yang sedang menari. Mengikuti hentakan irama musik yang tiba-tiba terdengar begitu keras di tempat ini. 

Wanita cantik berkulit hitam manis yang mengenakan kerudung panjang berwarna hitam itu, sepertinya baru sadar kalau ternyata ada orang lain di tempat ini. Masih dengan nafas sedikit tersengal, dia berusaha melepaskan pelukan eratku di tubuhnya. 

“Kita harus cepat kesana bang," kata wanita berkulit hitam manis ini sambil mengatur jalan nafasnya yang tak beraturan saat ini. 

Tangan kanannya menggapai tangan kiriku, lalu sambil setengah menarik tanganku dia mengajak aku berjalan mengikuti langkah kakinya.

Di antara gelapnya cahaya malam. Aku dan wanita cantik berwajah pucat tanpa riasan makeup yang mengenakan kerudung panjang berwarna hitam itu terus berjalan. 

Melewati wanita tua yang sedang menari sambil terus bernyanyi di tempat ini.

Sambil menari, kulihat sesekali dia tersenyum ke arah kami yang terus berjalan meninggalkannya di tempat ini.

Dari balik dinding tinggi yang tak berujung. Sayub-sayub telingaku masih mendengar suara sumbangnya menyanyikan lagu yang terdengar aneh di tempat ini.

 

Bersambung


 
 Referensi

[i]:https://id.wikipedia.org/wiki/Berita_bohong

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun