Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wanita di Penghujung Malam

8 Juli 2018   23:41 Diperbarui: 11 Desember 2018   19:45 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Lelaki berwajah pucat yang mengenakan pakaian serba hitam itu tampak gusar dan begitu marah kepada kami, mata merahnya melotot, seperti ingin menguliti kami hidup-hidup saat ini.

“Lancang! Beraninya kau mengikat diri pada orang lain tanpa seizinku.!” Bentak lelaki berwajah pucat itu sambil menunjuk ke arah wanita berkulit hitam manis yang terkejut dan ketakutan melihat pria berpakaian serba hitam di hadapannya itu.

“Abang sudah meninggal! Tolong jangan ganggu aku lagi!” Pekik wanita berkulit hitam manis ini menjerit ketakutan.

“Tidak ada yang boleh mengikatmu,apa lagi hendak memilikimu, jika kau berani meninggalkan aku, maka kaupun harus ikut bersamaku!” Teriak lelaki berpakaian hitam itu lagi, lalu dia duduk setengah jongkok, seperti orang hendak merangkak, dan tiba-tiba saja dia telah berubah menjadi seekor macan kumbang berwarna hitam pekat. Macan kumbang berwarna hitam pekat itu mengaum keras, mata merahnya menatap liar ke arah kami bertiga, dia berjalan mendekat ke arah kami dan tiba-tiba saja dia melompat, hendak menerkam wanita berkulit hitam manis di sampingku.

Sebelum macan kumbang berwarna hitam pekat itu berhasil menerkam tubuh wanita berkulit hitam manis, terdengar suara harimau mengaum dasyat, menggema hingga bangunan rumah makan di pinggir jalan ini bergetar hebat. Satu sosok harimau besar jantan melesat keluar dari dalam tubuhku, langsung menyambut macan kumbang berwarna hitam pekat yang saat itu hendak menerkam tubuh wanita berkulit hitam manis di sampingku. Harimau besar jantan itu menerkam macan kumbang berwarna hitam pekat, tubuh mereka terlempar kesudut ruangan, saling cakar dan saling terkam.Terjadi pertempuran dasyat antara harimau jantan besar dan macan kumbang berwarna hitam pekat di sudut ruangan.

Mata kami bertiga melotot ke arah harimau besar jantan dan macan kumbang yang saling cakar dan saling gigit di sudut ruangan itu, berlangsung cukup lama. Dan pada akhirnya harimau jantan besar itu berhasil menerkam dan menggigit leher macan kumbang berwarna hitam pekat itu. Setelah sebelumnya terlebih dahulu mencabik-cabik seluruh tubuh macan kumbang dengan kuku-kuku tajamnya.

Sepertinya leher macan kumbang itu patah setelah gigi-gigi taring tajam milik harimau jantan besar itu menancap di lehernya, macan kumbang berwarna hitam pekat itu diam tak bergerak, mungkin dia telah mati. Tiba-tiba tubuh macan kumbang yang diam tak bergerak itu, berubah menjadi asap hitam yang langsung terbang ke atas, dan tiba-tiba saja asap hitam itu berubah menjadi sebilah keris berluk tiga, memiliki warna hitam pekat. Masih diselimuti asap tebal, keris yang terlihat begitu mengerikan itu melayang sambil berputar-putar di udara.

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia; Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik. Senjata tikam lain asli Nusantara adalah kerambit.

Dan entah dari mana datang tiba-tiba saja disitu telah berdiri satu sosok pria berusia sekitar tujuh puluh lima tahun, mengenakan pakaian dan ikat kepala yang juga serba hitam seperti penampilan lelaki berwajah pucat itu tadi. Dan tangannya langsung bergerak menangkap keris berwarna hitam yang melayang di udara itu. Sambil memegang sebilah keris, pria tua berpakaian serba hitam itu menatap marah ke arahku. dan tiba-tiba saja pria tua berpakaian hitam itu terbang sambil menghunus keris ke arahku.

Keris di tangan pria tua berpakaian serba hitam itu meluncur deras ke arah jantungku. Aku Cuma diam terpaku melihat keris berwarna hitam pekat yang sudah siap menghujam tepat ke arah jantungku. Wanita berkulit hitam manis menjerit, lelaki berbadan gelap  tercekat matanya melotot tanpa sempat bersuara melihat kejadian yang berlangsung begitu cepat di depan matanya itu. Dalam kepasrahan menerima ajalku, tiba-tiba aku seperti melihat sosok wanita berkerudung bergo panjang merah marun yang sepertinya sedang tersenyum menatap ke arahku.

Selanjutnya >>

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun