Dari 15 hari isoman, hanya 3 hari di antaranya saya meminum vitamin C 1000 mg. Sedangkan untuk suplementasi vitamin D saya meminum 1 tablet vitamin D3 400 iu.
Sebenarnya dokter yang saya hubungi melalui telemidicine merekomendasikan vitamin C 1000 mg dan vitamin D3 1000 iu. Namun, saya menyesuaikan dengan persediaan.Â
Sebelum terkena Covid-19 sudah ada vitamin D3 400 itu dalam stok obatan-obatan pribadi. Maka itulah yang saya konsumsi saat isolasi mandiri. Saya juga menyertainya dengan  berjemur selama 15 menit setiap hari antara pukul 09.00-10.00.
Madu
Meski tidak rutin, mengkonsumsi madu sudah sering saya praktikkan jauh sebelum terpapar Covid-19. Selalu ada madu tersedia di ruang makan. Madu itulah yang akhirnya menjadi suplemen harian saya selama isoman.
Dua kali dalam sehari saya mengkonsumsi madu dengan harapan tubuh mendapatkan sokongan yang lebih kuat untuk melawan virus di dalam tubuh. Saya lebih suka mengkonsumsi madu secara langsung.Â
Namun, saat isoman kadang saya mengoleskannya dalam roti pada pagi hari sebagai sarapan awal sebelum mengunyah nasi.
Tidak ada jenis madu khusus yang saya konsumsi. Madu botolan yang banyak dijual di toko atau UMKM menjadi pilihan pertama karena itulah yang biasa saya konsumsi.Â
Selain itu saya mengkonsumsi produk madu yang dikombinasikan dengan korma dan jinten. Beberapa bulan terakhir saya rutin mengkonsumsi madu kombinasi ini.
Saya juga mendapat kiriman madu pollen dengan merek tertentu yang setelah saya cek di marketplace ternyata cukup populer dan berharga ratusan ribu rupiah untuk kemasannya yang kecil.Â
Sejujurnya madu jenis ini belum pernah saya konsumsi sebelumnya. Setelah saya cicipi, rasanya mirip seperti madu pada umumnya, tapi teksturnya sangat pekat seperti selai kacang.
Selain itu saya mendapat kiriman dari kerabat dan keluarga di luar kota berupa dua box ekstrak propolis dalam bentuk kapsul yang lumayan mahal harganya.Â