Kepada Her saya katakan tidak perlu memperbaiki minibus malam itu karena sulit memperbaiki radiator kendaraan tua yang rusak. Lebih baik ia menghemat tenaga dan memulihkan fisiknya yang mulai lemas. Sebagai orang kepercayaan saya, sudah pasti Her menurut.
Penjaga sudah datang kembali dan kali ini saya meminta Kanaya untuk ikut. Gadis itu terlihat semakin takut dan cemas dengan situasi yang ada. Membiarkannya terlalu lama di rombongan bisa mempersulit keadaan. Dengan mengantarnya ke rumah penjaga ia bisa lebih tenang karena di sana ada Anggi sahabatnya.
***
Fred meminta izin masuk ke hutan untuk mencari mencari tempat buang air besar. Saya mengizinkannya pergi seorang diri karena percaya pengalamannya keluar masuk hutan bisa menuntunnya pergi dan kembali lagi.Â
Akan tetapi saya mengingatkannya agar tak terlalu jauh masuk ke hutan dan membawa peluit serta senter.
Waktu terus berlalu hingga kami tersadar bahwa Fred terlalu lama pergi. Saat dari arah hutan terdengar bunyi peluit, saya tahu satu masalah lagi sedang menghampiri. Isyarat bunyinya menandakan orang yang tersesat dan itu pastilah dari Fred.Â
Berbekal senter yang dibawa penjaga sebelumnya saya menyusul Fred ke dalam hutan melalui jalur yang sama saat pria tua itu pergi. Selama mencari di dalam hutan saya berteriak untuk meminta Fred meniup peluitnya lagi dan mengarahkan senternya ke atas sebagai penanda lokasi keberadaannya.Â
Setelah beberapa menit mencari, Fred akhirnya ditemukan. Saat kami kembali penjaga sudah menunggu dan siap membawa seorang lagi. Saya langsung menyuruh Fred untuk ikut ke rumah penjaga.
Betapapun berpengalamannya ia di dalam hutan, Fred yang lanjut usia ternyata cukup tertekan dengan situasi darurat kali ini.
***
Tiga orang sudah dievakuasi ke rumah penjaga. Situasi semakin terkendali. Mobil penjemput diperkirakan satu jam lagi sampai di lokasi. Kepada Lukman saya sampaikan bahwa esok hari ia dan keluarganya akan tetap bisa berangkat ke Jakarta mengikuti Kompasianival sesuai rencana.