Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Budi Seputro dan Sate Merah, dari Jogja Sampai ke Lidah 63 Negara

23 Agustus 2018   15:36 Diperbarui: 23 Agustus 2018   21:58 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budi Seputro, pemilik Warung Sate Ratu dengan menu utama Sate Merah (dok. pri).

Asap mengepul dan aroma khas daging terpanggang menguar bersamaan dengan batok kelapa yang membara. Muasalnya dari Warung Sate Ratu yang berada di sebuah foodcourt di tepi Jalan Magelang, Yogyakarta. 

Bangunannya seperti warung kebanyakan. Tidak terlalu besar dan sederhana. Bagian paling depan warung berupa ruangan tempat pembakaran. Memasuki bagian dalam terlihat beberapa meja dan bangku kayu memanjang mengisi ruangan. Pada setiap meja tertempel stiker hijau "Tripadvisor". 

Sementara pada dinding terpasang sejumlah piagam dan sertifikat penghargaan. Pada bagian dinding lainnya juga terpampang ratusan foto dan testimoni dalam berbagai bahasa. Semuanya seakan mengisyaratkan bahwa warung sate yang terlihat biasa ini sebenarnya memiliki keistimewaan.

Seorang pria dengan ramah memperkenalkan namanya sebagai Budi Seputro. Ia mengenakan kaus berwarna gelap bertuliskan kata-kata yang dengan segera bisa saya ketahui sebagai caranya untuk menunjukkan salah satu keistimewaan sate di tempat itu. 

Setelah memberikan instruksi kepada pegawai yang sedang mengipasi bara, tak berapa lama kemudian ia kembali dengan membawa apa yang disebutnya "Sate Merah".

Sate Merah

Dinamai Sate Merah karena saat dibakar atau dipanggang daging sate dilumuri dengan bumbu utama cabe merah yang sekilas seperti sambal ulek. Saat disajikan Sate Merah terkesan minimalis. Hanya potongan-potongan daging ayam berlumur bumbu merah dengan sedikit jejak gosong hasil pembakaran.

Selebihnya tidak ada pendamping apapun kecuali sepiring nasi sebagai pilihan karbohidrat teman bersantap. Tidak ada sambal kacang maupun sambal kecap yang biasanya menjadi pelengkap wajib sate pada umumnya. Pembeli pun tidak akan pernah mendapatkan kedua macam bumbu itu karena Budi memang tidak menyediakannya. 

Warung Sate Ratu menempati salah satu sudut Jogja Paradise Foodcourt (dok. pri).
Warung Sate Ratu menempati salah satu sudut Jogja Paradise Foodcourt (dok. pri).
Sejumlah foto dan testimoni dari pengunjung mancanegara terpasang di dinding di dalam Warung Sate Ratu (dok. pri).
Sejumlah foto dan testimoni dari pengunjung mancanegara terpasang di dinding di dalam Warung Sate Ratu (dok. pri).
Saat ditanya apakah Sate Merah racikannya sesungguhnya adalah sate taichan, ia menjawab dengan memberikan tantangan. "Silakan langsung coba dan temukan bedanya", ucap pria asal Tulungagung itu sambil menganjurkan bahwa Sate Merah sebaiknya segera disantap saat masih hangat atau setelah diangkat dari pembakaran.

Ternyata benar, rasa yang muncul cukup mengejutkan karena dominan gurih dan pedas, bukan manis seperti yang biasa terlacak pada sate dengan bumbu kecap dan kacang. Rasa gurih dan pedasnya pun menyatu hingga ke dalam daging. Potongan dagingnya sendiri lebih besar dari sate-sate yang pernah saya cicipi sebelumnya. Saat digigit dagingnya yang padat cukup empuk dan lembut. 

Disantap begitu saja tanpa nasi maupun dijadikan lauk bersama nasi, sate ini sama lezatnya. Menikmati Sate Merah adalah pengalaman mencecap sate dengan cita rasa yang baru dan original.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun