Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Outing ke Alam Terbuka, Anak Senang Orang Tua Riang

25 Juli 2025   13:44 Diperbarui: 25 Juli 2025   17:19 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika diberi pilihan: main di sungai atau main HP, anak Anda akan memilih mana? Anda akan memberi yang mana?

Kebiasaan orang tua, sadar atau tidak, bakal ditiru anak. Jika orang tua suka berkata kasar dan marah-marah, anak berkata kasar. Jika orang tua bertukang, anak ikut memegang palu. Jika orang tua memasak, anak ikut mencampur adonan atau memotong sayur.

Apakah itu salah? Tidak. Children see, children do. Anak ingin menyentuh, merasakan, mencoba, dan mengalami apa yang orang tua lakukan. Apalagi jika benda itu bisa bersuara, berubah warna, muncrat. Yang dilihat orang tua: kotor, berantakan, berbahaya. Yang dilihat anak: percikan kembang api.

Imajinasi anak bakal berkembang ideal jika mereka memakai panca inderanya. Sejalan dengan perkembangan saraf-saraf di otaknya. Sebaliknya, jika anak hanya menonton video di gawai, otaknya bakal tumpul, imajinasinya mati muda.

Pemilik Otoritas

Orang tua memegang otoritas terhadap anaknya, khususnya jika masih balita. Di masa ini orang tua memegang peranan penting. Jika otoritas digunakan dengan benar, anak akan tahu hak dan kewajibannya.

Misalnya, tren memberikan HP pada anaknya populer hari-hari ini. Alasannya beragam. Supaya anak anteng saat ikut suatu pertemuan, sampai gengsi.

Berikutnya, orang tua kebakaran jenggot saat anaknya kecanduan HP, tidak disiplin, dan tidak menyahut saat dipanggil. Lalu nilai ujiannya anjlok. Orang tua pun curhat kepada guru. Lho, siapa yang memberikan HP kepada anak?

Jika hal ini dibiarkan, dikhawatirkan orang tua bakal kehilangan otoritasnya. Anak jadi penuntut. Orang tua tak berkutik. Jika tak dituruti, anak tantrum, mengancam tak mau sekolah. Wah, ngeri ya...

Aku tidak mengatakan bermain HP adalah mutlak hal negatif. Mirip halnya, pisau diciptakan untuk kebaikan, bukan? Namun, di tangan orang yang salah, pisau justru bisa melukai.

Demikian pula dengan HP. Diciptakan untuk kebaikan manusia. Namun, ada banyak dampak negatif yang mengintai anak jika orang tua tidak menegakkan disiplin.

Bukan Hanya Perintah, tapi Waktu Bersama

"Jangan main HP terus, belajar sana!" orang tua biasa memberi perintah. Tapi, saat berkata begitu orang tua sedang mainan HP. Ini cuma ajaran kosong.

Jika kita tidak ingin anak kecanduan HP, kita harus memberi teladan. Praktisnya, yakni menikmati waktu bersama anak. Bermain balok, mobil-mobilan, perang-perangan, camping, atau bermain sepeda bersama anak.

Secara umum, anak akan lebih menghargai waktu bersama orang tuanya dibanding mainan atau HP mahal yang orang tua berikan.

Bagiku dan istri--sesama berjiwa naturalis--memilih mengajak anak menikmati alam terbuka. Air terjun, gunung, taman kota, hingga area persawahan.

Suatu sore, saat kunjungan sepupu dari luar kota, kami mengajak anak bermain air kali di daerah irigasi persawahan dekat rumah. Kami rajin mengunjungi daerah ini sejak istri hamil, awal anak kami lahir, hingga sekarang. Selain gratis dan dekat, banyak manfaat lain yang bisa dipetik dari kegiatan di alam terbuka.

1) Berinteraksi dengan Alam, Hindari Brain Rot

Brain Rot bukanlah istilah medis, viral di medsos belakangan ini. Ini adalah kondisi di mana otak kita tidak bekerja, karena apa yang dikonsumsi otak anak diatur oleh algoritma. Saat menonton video pendek, otak tidak dipakai. Dalam jangka panjang, otak anak bisa berhenti berkembang. Tumpul.

Supaya tidak terserang Brain Rot, minimalkan kontak anak dengan gawai. Berinteraksi dengan alam salah satu caranya. Idealnya, manusia tak bisa dipisahkan dari alam. Maka, anak pasti suka jika diajak berinteraksi dengan air, tanah, batu, serta hewan-hewan. Salatiga melimpah dengan wahana alam yang terjangkau jarak dan biaya, bahkan ada yang gratis. Sila berkunjung ke Salatiga.

2) Melatih Kepekaan dan Percaya Diri

Kepekaan kita terhadap rangsang perlu diberi stimulus. Karakter percaya diri perlu dilatih. Menceburkan badan ke air, telapak tangan dan kaki menyentuh bebatuan kali yang dingin. Melempar batu ke air, "cebyur!". 

Pengalaman ini pasti berkesan, meningkatkan imajinasi anak. Tak bisa didapatkan di depan layar gawai. Anak pun senang.

3) Orang Tua Riang dan Sehat

Kedatangan adik sepupu adalah mutualisme. Mereka datang berlibur dan bermain di kota yang sejuk, Salatiga. Aku dan istri bisa menikmati waktu berdua, anak dijaga oleh sepupu. 

Jalan sore di sekitar sawah, piknik dan olahraga | dokumentasi pribadi 
Jalan sore di sekitar sawah, piknik dan olahraga | dokumentasi pribadi 

Berjalan berdua menapaki jalan beton di tengah persawahan, melihat hijau tanaman padi, serta teduhnya langit sore. Hal-hal kecil ini selalu kami syukuri.

Tak usah kita berambisi mencapai puncak dunia. Sedangkan waktu berkualitas bersama keluarga di lingkungan alam terbuka bisa dinikmati saat ini. Badan bergerak, otot dan syaraf berkontraksi. Badan sehat, orang tua pun riang.

Kalau Anda, bagaimana cara menikmati waktu bersama keluarga? --KRAISWAN

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun