Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kamu "Dirempongkan" di Dukcapil Online? Tenang, Ini Tipsnya

5 Maret 2021   00:27 Diperbarui: 5 Maret 2021   08:36 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perlu perjuangan mengurus berkas ke Dukcapil | sumber: tangkapan layer sipendukonline.semarangkab.go.id, instagram.com/wirosablengofficial

Jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali. -- Japanese Proverb

Pepatah di atas lebih cocok bagi mereka yang mengarungi pertandingan atau upaya menggapai impian. Tapi siapa sangka, dalam urusan berkas ke Dukcapil pun diperlukan motivasi serupa. Harus gigih, pantang menyerah dan terus mencoba. Harus tahan banting, istilahnya.

Disdukcapil (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil) sebagai salah satu lembaga pemerintah masih lekat berbelit dan ruwet, walau sudah ada embel-embel 'online'. Terhitung lima bulan sejak Oktober 2020 aku mengurus pencatatan sipil (pernikahan) dan belum selesai kini. Nasib.

Nasib yang demikian justru menginspirasi untuk menulis. Sebagai bentuk eksistensi diri, juga kritik pada kebijakan pemerintah. Kali-kali dibaca pak gubernur. Mungkin bisa diajak live Instagram, kategori warga yang kritis, hehe.

Selama tiga hari berturut-turut sejak Senin, 1 Maret aku menanyakan kabar berkas yang sudah aku unggah di website Sipenduk online. Tidak ada balasan, notifikasi dua centang biru pun tidak. Terlalu.

Barulah, beberapa jam setelah kurilis artikel Aplikasi Sipenduk Online: Inovatif tapi Tidak Solutif, tetiba ada balasan. Terbukti (lagi), kritikan di media digital bisa mengusik pihak pemerintah agar bertindak. (Padahal kebetulan) Penjelasannya, mereka antri membalas pesan WA dari yang paling bawah. Entah benar atau betul, minimal ada itikad baik mereka. Untung aku bukan orang Batak murni, tak ada bakat mencak-mencak.

Balasan admin Dukcapil setelah menayangkan tulisan di Kompasiana | Tangkapan layar, dokumentasi pribadi
Balasan admin Dukcapil setelah menayangkan tulisan di Kompasiana | Tangkapan layar, dokumentasi pribadi

Terkait kondisi itu, mungkin anda, orang tua, embah atau saudara pernah mengalami nasib serupa. Agar tidak makin 'rempong' (ribet), begini tipsnya:

Cari kontaknya, 'teror' secara berkala. Mendapat penjelasan, informasi dan pelayanan terkait data kependudukan adalah hak setiap warga negara. Tak bisa tatap muka, ada media populer WA atau telepon. Kalau masih lamban merespons, 'teror' dengan banyak pesan sampai mereka bertindak. Tentu yang relevan dengan keperluan dan etika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun