Mohon tunggu...
Wawan Kuswanda
Wawan Kuswanda Mohon Tunggu... Guru, Pelatih Pembina Pramuka, NSBPB, NSBO, Trainer, Fasilitator PM, MyViewBoard Ambassasor, Ketua KPPD Ciamis, Ketua PSLCC PGRI Kab.Ciamis, Pengurus MGMP Ekonomi SMA Kab.Ciamis, Biro 1 RAPIDA 10 Jawa Barat.

Saya seorang guru yang memiliki tekad setiap hari harus membuat sebuah prestasi baik itu untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Moto: Berprestasilah sebelum prestasi itu dilarang, jangan menua tanpa prestasi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Jengkol Si Bau yang Terlupakan, tapi Kaya Manfaat

22 Juni 2025   11:41 Diperbarui: 22 Juni 2025   20:26 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak banyak yang tahu bahwa jengkol juga kaya akan serat. Kandungan serat ini membantu proses pencernaan, memperlancar buang air besar, dan mencegah sembelit. Serat juga berperan dalam menurunkan kadar kolesterol dan mengendalikan berat badan.

Menariknya, beberapa penelitian menyebutkan bahwa jengkol memiliki efek hipoglikemik, artinya dapat menurunkan kadar gula darah. Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi para penderita diabetes, meskipun konsumsi jengkol tetap harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter, terutama jika sudah memiliki gangguan ginjal.

Bijak dalam Mengonsumsi

Meski penuh manfaat, jengkol bukan makanan yang bisa dikonsumsi sembarangan. Pengolahan yang tepat sangat penting untuk mengurangi kadar asam jengkolat yang dapat membahayakan ginjal. Biasanya, jengkol direndam dan direbus beberapa kali sebelum dimasak. Proses ini membantu mengurangi efek samping sekaligus membuat teksturnya lebih empuk dan nikmat.

Jangan lupa juga untuk mengatur porsi. Mengonsumsi jengkol secara berlebihan bukan hanya membuat napas dan urine berbau menyengat, tapi juga bisa menyebabkan masalah kesehatan serius. Maka, prinsip "semua yang berlebihan itu tidak baik" berlaku pula pada jengkol.

Menerima yang Lokal, Menghargai yang Beraroma

Sebagai bagian dari kekayaan kuliner Indonesia, jengkol seharusnya tidak dikucilkan hanya karena baunya. Di balik aroma tajamnya, tersimpan berbagai manfaat kesehatan yang luar biasa. Jengkol mengajarkan kita bahwa sesuatu yang tampak "tidak menarik" di luar bisa saja menyimpan nilai besar di dalam. Ia hanya perlu dipahami, diolah dengan benar, dan dikonsumsi secara bijak.

Kini, ketika kesadaran akan makanan sehat semakin meningkat, barangkali inilah saatnya kita merehabilitasi citra jengkol. Tak hanya sebagai makanan rakyat, tetapi juga sebagai simbol kebijaksanaan dalam memilih pangan yang alami dan bergizi. Jengkol bukan sekadar makanan, tapi warisan budaya yang layak dihormati, meski aromanya kadang membuat kita mengernyitkan hidung. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun