Ciamis, Kompasiana.com - Dalam budaya Sunda yang kaya akan nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan, pancakaki merupakan salah satu aspek penting yang sering kali menjadi penopang kuat dalam menjaga keharmonisan sosial. Istilah pancakaki dalam bahasa Sunda merujuk pada hubungan kekerabatan atau silsilah keluarga. Namun lebih dari sekadar struktur hubungan darah, pancakaki juga mencerminkan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, rasa hormat kepada orang tua dan leluhur, serta semangat menjaga tali silaturahmi antarkeluarga.
Apa Itu Pancakaki?
Secara harfiah, pancakaki berarti "berkaki lima" (panca = lima, kaki = kaki). Namun dalam konteks budaya Sunda, istilah ini lebih dimaknai sebagai jaringan kekerabatan atau struktur silsilah yang meliputi hubungan antara anak, orang tua, kakek-nenek, saudara kandung, hingga kerabat jauh. Dalam kehidupan masyarakat Sunda tradisional, mengetahui pancakaki seseorang sangat penting untuk mengenali asal-usul dan menjaga hubungan kekeluargaan.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Pancakaki
Silaturahmi yang Kuat
Pancakaki mendorong seseorang untuk tidak melupakan sanak saudara, baik yang dekat maupun jauh. Dalam tradisi Sunda, mempererat silaturahmi merupakan bagian dari ajaran leluhur yang diyakini membawa keberkahan dan menolak bala.Penghormatan terhadap Leluhur
Mengetahui dan menghargai pancakaki berarti menghormati leluhur. Masyarakat Sunda percaya bahwa menghormati asal-usul adalah cara menjaga warisan budaya dan moral dari generasi ke generasi.Pendidikan Moral dan Sosial
Anak-anak yang dibesarkan dengan pemahaman akan pentingnya pancakaki cenderung lebih peka terhadap hubungan sosial, lebih hormat kepada orang yang lebih tua, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarga besar.Mencegah Perkawinan Sedarah
Salah satu fungsi praktis pancakaki adalah sebagai acuan dalam memilih pasangan hidup. Dengan mengetahui struktur kekerabatan, masyarakat Sunda bisa menghindari pernikahan dengan kerabat dekat yang dilarang secara adat dan agama.
Pancakaki di Era Modern
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan individualistis, nilai-nilai pancakaki sering kali terpinggirkan. Banyak generasi muda yang tidak lagi mengetahui siapa saudara sepupu atau bahkan tidak mengenal garis keturunan lebih dari dua generasi. Padahal, menjaga pancakaki tetap hidup berarti menjaga jati diri dan kekuatan sosial budaya.
Untuk itu, peran keluarga, khususnya orang tua dan tokoh adat, sangat penting dalam menanamkan kembali nilai-nilai pancakaki kepada anak-anak sejak dini. Kegiatan seperti ngariung (berkumpul keluarga), mapag dulur (menyambut saudara), dan nyekar (ziarah ke makam leluhur) bisa menjadi sarana edukatif dan emosional yang memperkuat ikatan antaranggota keluarga.
Pancakaki bukan sekadar catatan silsilah, tetapi juga jembatan yang menghubungkan manusia dengan akar budayanya. Dalam masyarakat Sunda, ia menjadi salah satu pilar penting dalam membentuk karakter sosial yang kuat, penuh empati, dan hormat terhadap sesama. Mari kita jaga dan lestarikan nilai-nilai pancakaki agar warisan budaya Sunda terus hidup dan relevan di tengah zaman yang terus berubah. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI